Nah, ini adalah laporan saya tentang pengalaman merias diri sendiri sewaktu pernikahan saya, bulan Mei tahun lalu 😀 Foto di atas adalah foto saya dan mbak Henny, beliau adalah satu-satunya bridesmaid saya, karena pas akad nikah teman-teman dari Jogja masih di perjalanan.
Oya, kenapa saya memutuskan untuk merias diri sendiri?
Ada beberapa alasan sih, tapi intinya saya tidak mau terlihat kacau di hari pernikahan saya karena riasan yang nggak oke. Uhmm, sebenarnya saya bukan tipe orang yang terlalu peduli dengan penampilan, tapi hari pernikahan kan beda dengan hari-hari yang lain…
Kenapa saya takut penampilan saya kacau?
Pertama, karena saya tidak percaya dengan tukang rias pengantin yang dipilih oleh ibu saya… alasan beliau memilih perias itu adalah karena “kasihan”, ybs adalah tetangga saya…dan rasanya nggak enak kalau tidak meminta bantuan tetangga. Malas jadi bahan pergunjingan, maklum…di desa… Kedua, karena saya tidak yakin seperti apa jadinya saya setelah dirias, ibu perias menolak melakukan tes rias dengan alasan takut nanti saya “ndak manglingi” saat acara hari H… alasan macam apa pula itu???
Kenapa saya tidak percaya pada beliau?
Pertama, tentang skill… beliau perias generasi lama, saya nggak tahu riasan saya akan se-medhok apa kalau dipegang beliau. Kedua, alat make-up dan tata rias-nya nggak valid, kadaluarsa dan bukan merk yang biasa saya pakai 😀 Wajar dong kalau saya mau kulit saya tetap sehat? Terlebih lagi, saya nggak suka gaya beliau yang old-fashion…tidak terbuka untuk diajak berdiskusi.
Dengan pertimbangan tersebut, saya memutuskan untuk merias diri sendiri saja… toh nggak ada aturan pengantin nggak boleh merias diri sendiri… lha wong nggak dirias juga boleh-boleh aja kan? Ini masalah kepuasan hati.
Saya memang menyiapkan 3 tema untuk acara tersebut…
- Tema putih-gold untuk akad nikah
- Tema merah-hitam untuk acara temu-penganten (semacam acara adat Jawa)
- Tema ungu-silver untuk acara resepsi yang lebih santai (setelah acara temu-penganten)
Mari kita bahas satu-persatu riasan yang saya gunakan waktu itu… oh ya, sayang sekali foto yang ada pada saya saat ini adalah foto dari dokumentasi pribadi, jadi mungkin kurang bagus kualitas gambarnya. Terus terang saya juga kecewa dengan hasil jepretan fotografernya –yang notabene adalah anak dari si ibu perias– karena menurut saya sangat tidak artistik 😦
Pertama, untuk tema putih-emas…
Acara akad nikah pada pagi hari menjelang siang, yaitu dimulai pukul 11.00 WIB. Saya pilih warna pastel, lembut, dan sedikit terkesan nude (tidak sepucat riasan ala J-Lo).
Riasan dasarnya, saya selalu pakai rangkaian produk dan urutan pemakaian seperti yang sudah saya tuliskan di tulisan saya sebelumnya, basic make-up.
Untuk rias mata, saya gunakan warna natural cokelat tua untuk sudut mata luar (ekor mata), lalu saya baurkan dengan sedikit warna tembaga dan cokelat keemasan dengan gaya pemulasan smokey eye… untuk highlight-nya saya pilih warna putih tulang dengan pendar keemasan dan saya baurkan dengan sedikit warna kuning pucat di bagian sudut mata dalam.
Alis mata saya pilih warna cokelat tua, bukan hitam.
Untuk bulu mata, tentunya saya memakai bulu mata palsu, cukup satu helai saja –tidak didobel– dan ditambah sedikit maskara untuk menyatukan bulu mata asli dan bulu mata palsunya.
Saya tidak menggunakan eye-liner di bagian atas, karena saya sudah menggunakan lem bulu mata berwarna hitam…dan ini sudah oke banget, berfungsi ganda: memasang bulu mata palsu sekaligus sebagai eye-liner berwarna hitam pekat :D. Di bagian bawah mata saya menggunakan dynamic duo eye-liner dari oriflame, seri Aladdin & Yasmin, yang berwarna cokelat tua dan cokelat muda. Warna cokelat tua saya aplikasikan di bagian ekor mata luar, sedangkan warna cokelat muda saya aplikasikan di bagian sudut mata dalam (dekat hidung).
Tak lupa, saya aplikasikan eyeshadow berwarna putih gading (sama dengan yang untuk highlight) ditambah sedikit warna krem muda untuk menutup daerah kantung mata… hasilnya riasa mata yang segar 😀
Saya merasa tidak perlu membuat shading di hidung, jadi saya tidak melakukannya…
Untuk menonjolkan tulang pipi, saya cukup memakai blush-on saja, lagi-lagi tanpa shading… saya memilih demikian, karena saya tidak mau terlihat seperti badut…kan acaranya siang hari. Blush-on yang saya gunakan adalah Giordani Gold Bronzing Pearls, karena bentuknya yang bulatan kecil dengan beberapa nuansa warna dalam satu kemasan berhasil menciptakan paduan warna yang bagi saya sudah sangat pas. Suka warnanya!!!
Untuk bagian bibir, saya juga sengaja memilih warna oranye-kecokelatan. Saya selalu memakai lipliner sebelum memakai lipstick. Pilihan saya jatuh pada Read My Lips Lipliner dari Vision Oriflame dengan seri Loud and Clear. Setelah itu baru saya bubuhkan lipstik dasar dari seri Vivid Lipstick, warna Caramel, dan terakhir saya tutup dengan pulasan prismatic lipstick dari GG, Captivating Brown. Perfecto!
Jujur, saya tidak puas dengan penataan jilbabnya. Itulah kenapa saya pengen ada sesi tes make up, biar kita sama-sama tahu letak kekurangan di wajah saya ini apa, lantas bisa menemukan pemecahannya segera… Lha kalo pas langsung di hari H kan jadinya ribet, serba terburu-buru, nggak tenang, panik diburu waktu, dsb, dsb… jadinya ya gini, asal banget! Saya nggak mungkin lah menata jilbab sendiri…
Mari kita analisis… dengan dua bunga di samping kiri dan kanan, tanpa kompensasi sanggul di bagian atas-belakang, wajah saya jadi terkesan melebar dengan kepala yang pendek. Seharusnya, dipasang sanggul imitasi yang mengarah keatas sehingga ada efek memanjang di bagian kepala dan wajah saya juga akan ikut terkesan memanjang –langsing.
***
Untuk acara temu penganten, saya menggunakan kebaya warna merah-hitam. Maka dari itu riasan juga saya sesuaikan.
Acara berlangsung setelah shalat dzuhur, jadi otomatis semua riasan pada acara akad nikah saya hapus dan saya ulang lagi dari awal.
Dasar tata rias tidak berubah, hanya saja saya menambahkan pemakaian concealer dan foundation, mengingat acara dilaksanakan pada siang hari (panas, takut luntur kena keringat) dan lebih formal dari pada acara akad nikah. Saya juga menambahkan sedikit shimmering powder agar tampilan lebih berkilau. Blush on juga sedikit saya pertebal.
Tata rias mata. Pemakaian eyeshadow juga saya sesuaikan dengan tema, kali ini saya memilih warna yang lebih berani dan beragam. Paduan antara merah maroon, cokelat tua, tembaga, sedikit putih keperakan, putih tulang keemasan, dan ungu tua. Sengaja saya masukkan unsur keunguan karena untuk kebaya ungu, saya tidak perlu berdandan lagi, hanya tinggal ganti warna lipstik dan jilbab saja. Hanya butuh sedikit touch up saja cukup.
Untuk eyeliner, saya menggunakan seri Vision lagi, kali ini dengan warna hitam dan putih (Laurel and Hardy). Warna putih saya aplikasikan di bagian bawah mata bagian dalam, sedangkan warna hitam saya aplikasikan di bagian luar (yang ada bulu matanya). Cara aplikasinya –untuk warna hitam: ditarik dari ujung luar mata menuju ke arah dalam –hidung–, tebal di awal dan semakin ke dalam semakin tipis/samar. Teknik ini akan membuat mata terkesan hidup tanpa terlihat menonjol/melotot garang.
Eh, keliatan nggak ityu? Bagian yang saya buletin warna item? Masak sih ibu itu masangin bunga pake peniti segede gaban yang dari merauke aja bakal keliatan???? Dan nggak tau kenapa, saya jadi keliatan super-chubby begini…hiks 😦
Tata rias bibir. Untuk tema kedua, saya memakai lipstik Coral Red dari koleksi lipstik Dolce Vita Giordani Gold (pada gambar, saya lingkari dengan warna merah) dan untuk tema terakhir dengan kebaya ungu saya memakai lipstik Romantic Pink dari seri yang sama (saya lingkari dengan warna kuning). Terakhir, saya beri sentuhan glossy dari Liptrick Pallete Vision.
***
Untuk acara terakhir, saya memakai kebaya dari tile berwarna ungu yang saya padukan dengan dalaman berwarna abu-abu keperakan (kain satin)… untuk itu saya sudah menyiapkan jilbab berwarna ungu dan veil panjang dari tile polos abu-abu yang saya pasangi detail aplikasi bunga-bunga sisa potongan dari bahan kebaya berwarna ungu.
Menurut saya, pemasangan jilbab dan veil tile-nya sudah lumayan oke lah… tidak jauh dari rencana saya awalnya, tapi tetap…saya nggak begitu suka dengan hiasan dan bunga yang dipasangkan… saya sih menyesalnya karena nggak asertif “mengejar” si ibu itu buat ngajak diskusi… 😦 Coba kalau saya bisa lebih agresif aja lah… (asertif udah nggak berlaku kayaknya).
***
Begitulah…
Sebenarnya kalau dibilang kecewa, ya saya kecewa juga…tapi kalau saya pribadi sih, sudah melakukan yang terbaik yang dapat saya lakukan 😀
Eh, ternyata saya merasa lega lho setelah membuat laporan ini… Gilee aje hampir setahun saya memendam kekecewaan saya terhadap ibu X, sang perias penganten… padahal juga nggak jelas saya ini kecewanya kenapa…
Well, guys… itulah kenapa kita perlu sekali untuk berbicara dan bersikap asertif. Jangan memendam kekesalan atau uneg-unegmu sendiri. Go straight and tell him/her/them what you really feel…tapi ingat, jangan menyerang…
Gee…
Oke, nanti akan saya tuliskan topik asertivitas ini… karena menurut saya, menjadi asertif itu sangat penting untuk menjaga mental kita tetap sehat. Sayangnya, menjadi asertif tidak semudah mendiskusikannya 😦 But afterall, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, kan??
***