Make-up Artist on My Wedding Day

Nah, ini adalah laporan saya tentang pengalaman merias diri sendiri sewaktu pernikahan saya, bulan Mei tahun lalu 😀 Foto di atas adalah foto saya dan mbak Henny, beliau adalah satu-satunya bridesmaid saya, karena pas akad nikah teman-teman dari Jogja masih di perjalanan.

Oya, kenapa saya memutuskan untuk merias diri sendiri?

Ada beberapa alasan sih, tapi intinya saya tidak mau terlihat kacau di hari pernikahan saya karena riasan yang nggak oke. Uhmm, sebenarnya saya bukan tipe orang yang terlalu peduli dengan penampilan, tapi hari pernikahan kan beda dengan hari-hari yang lain…

Kenapa saya takut penampilan saya kacau?

Pertama, karena saya tidak percaya dengan tukang rias pengantin yang dipilih oleh ibu saya… alasan beliau memilih perias itu adalah karena “kasihan”, ybs adalah tetangga saya…dan rasanya nggak enak kalau tidak meminta bantuan tetangga. Malas jadi bahan pergunjingan, maklum…di desa… Kedua, karena saya tidak yakin seperti apa jadinya saya setelah dirias, ibu perias menolak melakukan tes rias dengan alasan takut nanti saya “ndak manglingi” saat acara hari H… alasan macam apa pula itu???

Kenapa saya tidak percaya pada beliau?

Pertama, tentang skill… beliau perias generasi lama, saya nggak tahu riasan saya akan se-medhok apa kalau dipegang beliau. Kedua, alat make-up dan tata rias-nya nggak valid, kadaluarsa dan bukan merk yang biasa saya pakai 😀 Wajar dong kalau saya mau kulit saya tetap sehat? Terlebih lagi, saya nggak suka gaya beliau yang old-fashion…tidak terbuka untuk diajak berdiskusi.

Dengan pertimbangan tersebut, saya memutuskan untuk merias diri sendiri saja… toh nggak ada aturan pengantin nggak boleh merias diri sendiri… lha wong nggak dirias juga boleh-boleh aja kan? Ini masalah kepuasan hati.

Saya memang menyiapkan 3 tema untuk acara tersebut…

  1. Tema putih-gold untuk akad nikah
  2. Tema merah-hitam untuk acara temu-penganten (semacam acara adat Jawa)
  3. Tema ungu-silver untuk acara resepsi yang lebih santai (setelah acara temu-penganten)

Mari kita bahas satu-persatu riasan yang saya gunakan waktu itu… oh ya, sayang sekali foto yang ada pada saya saat ini adalah foto dari dokumentasi pribadi, jadi mungkin kurang bagus kualitas gambarnya. Terus terang saya juga kecewa dengan hasil jepretan fotografernya –yang notabene adalah anak dari si ibu perias– karena menurut saya sangat tidak artistik 😦

Pertama, untuk tema putih-emas…

Acara akad nikah pada pagi hari menjelang siang, yaitu dimulai pukul 11.00 WIB. Saya pilih warna pastel, lembut, dan sedikit terkesan nude (tidak sepucat riasan ala J-Lo).

Riasan dasarnya, saya selalu pakai rangkaian produk dan urutan pemakaian seperti yang sudah saya tuliskan di tulisan saya sebelumnya, basic make-up.

Untuk rias mata, saya gunakan warna natural cokelat tua untuk sudut mata luar (ekor mata), lalu saya baurkan dengan sedikit warna tembaga dan cokelat keemasan dengan gaya pemulasan smokey eye… untuk highlight-nya saya pilih warna putih tulang dengan pendar keemasan dan saya baurkan dengan sedikit warna kuning pucat di bagian sudut mata dalam.

Alis mata saya pilih warna cokelat tua, bukan hitam.

Untuk bulu mata, tentunya saya memakai bulu mata palsu, cukup satu helai saja –tidak didobel– dan ditambah sedikit maskara untuk menyatukan bulu mata asli dan bulu mata palsunya.

Saya tidak menggunakan eye-liner di bagian atas, karena saya sudah menggunakan lem bulu mata berwarna hitam…dan ini sudah oke banget, berfungsi ganda: memasang bulu mata palsu sekaligus sebagai eye-liner berwarna hitam pekat :D. Di bagian bawah mata saya menggunakan dynamic duo eye-liner dari oriflame, seri Aladdin & Yasmin, yang berwarna cokelat tua dan cokelat muda. Warna cokelat tua saya aplikasikan di bagian ekor mata luar, sedangkan warna cokelat muda saya aplikasikan di bagian sudut mata dalam (dekat hidung).

Tak lupa, saya aplikasikan eyeshadow berwarna putih gading (sama dengan yang untuk highlight) ditambah sedikit warna krem muda untuk menutup daerah kantung mata… hasilnya riasa mata yang segar 😀

Saya merasa tidak perlu membuat shading di hidung, jadi saya tidak melakukannya…

Untuk menonjolkan tulang pipi, saya cukup memakai blush-on saja, lagi-lagi tanpa shading… saya memilih demikian, karena saya tidak mau terlihat seperti badut…kan acaranya siang hari. Blush-on yang saya gunakan adalah Giordani Gold Bronzing Pearls, karena bentuknya yang bulatan kecil dengan beberapa nuansa warna dalam satu kemasan berhasil menciptakan paduan warna yang bagi saya sudah sangat pas. Suka warnanya!!!

Untuk bagian bibir, saya juga sengaja memilih warna oranye-kecokelatan. Saya selalu memakai lipliner sebelum memakai lipstick. Pilihan saya jatuh pada Read My Lips Lipliner dari Vision Oriflame dengan seri Loud and Clear. Setelah itu baru saya bubuhkan lipstik dasar dari seri Vivid Lipstick, warna Caramel, dan terakhir saya tutup dengan pulasan prismatic lipstick dari GG, Captivating Brown. Perfecto!

Jujur, saya tidak puas dengan penataan jilbabnya. Itulah kenapa saya pengen ada sesi tes make up, biar kita sama-sama tahu letak kekurangan di wajah saya ini apa, lantas bisa menemukan pemecahannya segera… Lha kalo pas langsung di hari H kan jadinya ribet, serba terburu-buru, nggak tenang, panik diburu waktu, dsb, dsb… jadinya ya gini, asal banget! Saya nggak mungkin lah menata jilbab sendiri…

Mari kita analisis… dengan dua bunga di samping kiri dan kanan, tanpa kompensasi sanggul di bagian atas-belakang, wajah saya jadi terkesan melebar dengan kepala yang pendek. Seharusnya, dipasang sanggul imitasi yang mengarah keatas sehingga ada efek memanjang di bagian kepala dan wajah saya juga akan ikut terkesan memanjang –langsing.

***

Untuk acara temu penganten, saya menggunakan kebaya warna merah-hitam. Maka dari itu riasan juga saya sesuaikan.

Acara berlangsung setelah shalat dzuhur, jadi otomatis semua riasan pada acara akad nikah saya hapus dan saya ulang lagi dari awal.

Dasar tata rias tidak berubah, hanya saja saya menambahkan pemakaian concealer dan foundation, mengingat acara dilaksanakan pada siang hari (panas, takut luntur kena keringat) dan lebih formal dari pada acara akad nikah. Saya juga menambahkan sedikit shimmering powder agar tampilan lebih berkilau. Blush on juga sedikit saya pertebal.

Tata rias mata. Pemakaian eyeshadow juga saya sesuaikan dengan tema, kali ini saya memilih warna yang lebih berani dan beragam. Paduan antara merah maroon, cokelat tua, tembaga, sedikit putih keperakan, putih tulang keemasan, dan ungu tua. Sengaja saya masukkan unsur keunguan karena untuk kebaya ungu, saya tidak perlu berdandan lagi, hanya tinggal ganti warna lipstik dan jilbab saja. Hanya butuh sedikit touch up saja cukup.

Untuk eyeliner, saya menggunakan seri Vision lagi, kali ini dengan warna hitam dan putih (Laurel and Hardy). Warna putih saya aplikasikan di bagian bawah mata bagian dalam, sedangkan warna hitam saya aplikasikan di bagian luar (yang ada bulu matanya). Cara aplikasinya –untuk warna hitam: ditarik dari ujung luar mata menuju ke arah dalam –hidung–, tebal di awal dan semakin ke dalam semakin tipis/samar. Teknik ini akan membuat mata terkesan hidup tanpa terlihat menonjol/melotot garang.

Eh, keliatan nggak ityu? Bagian yang saya buletin warna item? Masak sih ibu itu masangin bunga pake peniti segede gaban yang dari merauke aja bakal keliatan???? Dan nggak tau kenapa, saya jadi keliatan super-chubby begini…hiks 😦

Tata rias bibir. Untuk tema kedua, saya memakai lipstik Coral Red dari koleksi lipstik Dolce Vita Giordani Gold (pada gambar, saya lingkari dengan warna merah) dan untuk tema terakhir dengan kebaya ungu saya memakai lipstik Romantic Pink dari seri yang sama (saya lingkari dengan warna kuning). Terakhir, saya beri sentuhan glossy dari Liptrick Pallete Vision.

 

***

Untuk acara terakhir, saya memakai kebaya dari tile berwarna ungu yang saya padukan dengan dalaman berwarna abu-abu keperakan (kain satin)… untuk itu saya sudah menyiapkan jilbab berwarna ungu dan veil panjang dari tile polos abu-abu yang saya pasangi detail aplikasi bunga-bunga sisa potongan dari bahan kebaya berwarna ungu.

Menurut saya, pemasangan jilbab dan veil tile-nya sudah lumayan oke lah… tidak jauh dari rencana saya awalnya, tapi tetap…saya nggak begitu suka dengan hiasan dan bunga yang dipasangkan… saya sih menyesalnya karena nggak asertif “mengejar” si ibu itu buat ngajak diskusi… 😦 Coba kalau saya bisa lebih agresif aja lah… (asertif udah nggak berlaku kayaknya).

***

Begitulah…

Sebenarnya kalau dibilang kecewa, ya saya kecewa juga…tapi kalau saya pribadi sih, sudah melakukan yang terbaik yang dapat saya lakukan 😀

Eh, ternyata saya merasa lega lho setelah membuat laporan ini… Gilee aje hampir setahun saya memendam kekecewaan saya terhadap ibu X, sang perias penganten… padahal juga nggak jelas saya ini kecewanya kenapa…

Well, guys… itulah kenapa kita perlu sekali untuk berbicara dan bersikap asertif. Jangan memendam kekesalan atau uneg-unegmu sendiri. Go straight and tell him/her/them what you really feel…tapi ingat, jangan menyerang…

Gee

Oke, nanti akan saya tuliskan topik asertivitas ini… karena menurut saya, menjadi asertif itu sangat penting untuk menjaga mental kita tetap sehat. Sayangnya, menjadi asertif tidak semudah mendiskusikannya 😦 But afterall, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, kan??

***

Rainbow (jilid 2)

Asyiknya, hari ini cuaca cukup cerah… walaupun teteup, saya belum melihat munculnya pelangi –ya eyyalah, kan nggak ujan. Lumayan lah, itu cucian sudah lumayan mengering. Saya senang jadinya, wong hari ini sudah ada cucian yang baru, yang menunggu untuk segera dikeringkan 😀

***

Sesuai janji saya kemarin, hari ini saya berencana untuk mengunggah foto-foto peniti jilbab yang kemarin belum sempat saya unggah –jaringan internet selkomtel di sini sungguh paraaah 😦 Sayangnya…batere kamera sudah tak sanggup menjalankan tugasnya untuk menghidupkan kamera semata wayang saya. Alhasil, saya memotret hasil karya saya ini menggunakan kamera ponsel –dan berdoa semoga hasilnya bisa bagus– Nokia saya yang cuma 2MP. Plus, tadi acara potret-memotretnya dirusuhin sama Leon…hahahahhahahaaa… *saya mana bisa marah sama mereka*

Pendants pin kali ini macem-macem warnanya… mulai dari biru turqouise, pink (batu mulia yang pink disebut tourmaline), oranye, kuning, dan merah…

Jadi, total ada 8 buah peniti kali ini, guys…

Semuanya, sesuai rekues dari si embak, 15.000-an 😀

Warna-warninya sudah secantik pelangi belum ya??

ini meraaaahhh..

yang ini kuning…

…tapi yang hijau sudah diunggah kemarin di note sebelumnya… hehehehe… batal nyanyiin lagu Pelangi deh…

Saya suka ini warnanya…yang biru dan pink, biarpun fotonya setengah mati kabur bin blur 😦

Yup, that’s all

Bahan-bahannya masih sama, demikian pula ukurannya. Yah, standar lah… 😀

Jangan lupa tinggalkan komentarmu ya kawan… tengkyu lho!

 

 

 

***

Ini ada sedikit perbandingan dengan produk “tetangga sebelah” di dunia maya tentunya –mengingat sekarang peniti kayak gini lagi happening banget 😀

Ternyata masing-masing pengrajin tetep punya ciri khas ya… 😀

Ya, karena menurut saya, hobi seperti ini termasuk seni juga… susah kan kalo berkesenian aja nyontek hihihihihihihihihihi… kalo cari ilham sih boleh-boleh aja, asalkan sesuai dengan jalurnya. Kalaupun mau nampilin foto orang lain ya minta ijin dulu atau sertakan tautan/link-nya… Bahasa akademisnya sih, sertakan referensi dan daftar pustaka 😛

Saya termasuk orang yang konservatif tentang hak cipta… yup, bagaimanapun juga kita harus tetap menghargai hasil karya orang lain kan…?? Ide, kreasi, desain… meskipun tak kasat mata tetap merupakan suatu komoditi personal yang harus diapresiasi. Sekecil apapun itu…

***

Rainbow

Berhubung sekarang langitnya lagi sering banget nangis alias ujan, saya bikin satu tulisan berjudul Rainbow ini… maksudnya sih, biar kita nggak banyak menggerutu karena hujan, kan biasanya setelah hujan akan ada pelangi yang indah sekali…

 

***

Dan masih dalam rangka membuat peniti jilbab sebanyak-banyaknya nih… sesuai rekues kemarin, maka dari itu, saya buat aja bermacam-macam warna sekalian, sapa tahu calon konsumen saya nanti jadi tertarik… murah meriah gitu lho…

Aih, soal harga saya masih nggak yakin nih, terlalu murah atau masih kemalahan untuk patokan harga yang diminta si Embak Reseller *singkat: ER*. Optimis aja lah…anggap aja ini iseng-iseng berhadiah… 😀

Nah yang pertama… warna kesukaan saya… UNGU… bahasa kerennya dalam dunia batu mulia: Amethyst

Saya buat 4 peniti dengan warna ungu ini…

Selanjutnya, yang kedua…adalah warna favorit saya… HIJAU! Dalam kamus kerennya, disebut baru Peridot

Saya juga membuat 4 peniti berwarna hijau… sayangnya sih, kamera saya nggak begitu oke buat memfoto detail sekecil ini… yup, semoga suatu saat nanti saya bisa punya kamera yang superkeren yaaa… *tolong bantu yaaa, dibantu doa yaaaa –ala Pak Tarno*

Yippy!!!

Sudah semuaaaa… sebenarnya masih ada beberapa peniti lagi, tapi saya belum memfotonya. Saya lanjutkan besok saja yaaa…

Oya, sekilas info tentang peniti-peniti diatas nih… ukurannya masih sama ya, panjang peniti sekitar 5 cm dan panjang pendant (kiwir-kiwir) nya sekitar 8 -9 cm. Bahannya masih sama juga: mutiara sintetis, batu pecah, kristal, dan manik-manik akrilik.

 

***

Di luar masih hujan deras… sepertinya hari ini nggak bakal muncul pelangi, tapi nggak apa-apa lah, semoga besok cuaca cerah yaaa, busyet dah itu cucian saya nggak kering-kering sudah 3 hari 😦

Kalau ingat akan munculnya pelangi, kita jadi punya harapan bahwa setelah badai akan datang sesuatu yang indah 😀 Memang begitu lah, yang namanya hidup juga… sama aja, harus tetap optimis kalau setelah “badai” akan datang “pelangi” biar kita nggak melulu menggerutu tentang keadaan.

 

***

Kalau kamyu pas mampir ke sini, tolong tinggalin komentar yaaaa 😀

Saran dan kritik yang membangun, tentunya! Terimakasih… 😀

Sebiru Samudera (jilid 2)

Akhir tahun kemarin (31/12/10), saya sempat mengunggah beberapa karya saya yang berwarna dominan biru laut, biru dongker, atau ada juga yang menyebutnya saphire blue.

Hari ini saya membuat beberapa pendants pin yang berwarna seperti itu…alasannya sih karena hari ini dingin sekali!

Sebenarnya, saya tidak sepenuhnya menggunakan warna biru laut ini…saya mengkombinasikannya dengan beberapa warna lain, seperti warna gradasi biru yang lebih muda, abu-abu, dan juga hitam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nah, itu tadi beberapa pendants pin berwarna biru…ukuran pin standar 5 cm, tapi kiwir-kiwirnya agak panjang ini, berkisar antara 8-9 cm.

 

Saya memenuhi permintaan salah seorang tetangga saya nih, doi rekues peniti jilbab yang harganya 15.000-an… lalu saya mutar otak, yang seharga itu gimana bikinnya ya?

Biasanya sih saya menentukan harga setelah membuat karya, dan bukan sebaliknya…

Dan biasanya, saya lebih mengutamakan kualitas bahan dan keunikan desain, daripada harga, dan bukan sebaliknya…

Mbak X, tetangga saya ini, berencana menjual kembali karya-karya saya ini ke teman-temannya. Ide tentang reseller ini belum pernah terpikir oleh saya, karena memang karya saya ini limited items dan selama ini kebanyakan pembelian by request…

Uhhhmmm…. tetap optimis aja lah yaaaaa…:D 😀 😀

How to Keep Your Stuffs Safe

Ide penulisan note ini datang dari seorang konsumen saya yang bertanya, “Bagaimana sih cara menyimpan dan merawat aksesoris yang tepat?” Nah, saya jadi kepikiran deh, kenapa nggak di-share aja ya pengalaman saya ini…

Tidak 100% mutlak terbukti benar (menurut penelitian) sih, dan saya juga tidak menganjurkan untuk diikuti semuanya…minimal dapat digunakan sebagai wacana aja dah… –otak akademisi sulit ilangnya nih, apa-apa harus evidence-based. Incase, you will need it someday 😀

Oke, kita mulai aja…

Temen-temen, silakan diinventaris dulu aksesoris koleksinya apa aja… ada gelang, kalung, bros, anting? belt manik-manik punya juga?

  1. Kalau temen-temen mengkoleksi anting, boleh naruh anting-anting yang sering dipakai di tempat gantungan anting, seperti ini… Agar tak berdebu, tempat gantungan ini bisa ditutupi dengan kantung plastik yang sesuai dengan ukuran gantungan. Keuntungannya, selain bebas dari debu, kita tetap bisa melihat anting-anting yang dipajang disitu sehingga memudahkan kita sewaktu memilih anting mana yang hendak kita pakai :D. Untuk anting yang jarang dipakai, kita dapat menyimpannya di plastik wrap yang ada klipnya… Cara menyimpan di dalam plastik ini bisa juga digunakan untuk menyimpan gelang, kalung, bros, atau aksesoris lain. Tinggal sesuaikan ukuran plastik dengan ukuran barang yang hendak disimpan.
  2. Untuk kalung, teman-teman dapat menggantungnya di tempat gantungan kalung. Sayang saya tidak punya gantungan kalung jadi saya tidak bisa menampilkan gambarnya di sini.
  3. Untuk menyimpan bros yang sering dipakai, teman-teman dapat menggunakan kontainer kecil yang muat untuk 1-2 bros (tergantung ukuran). Saya punya kontainer kecil yang bersusun, jadi sangat memudahkan saya…efektif dan efisien 😀 kontainer ini juga dapat digunakan untuk menyimpan gelang yang sering kita pakai lho… bisa buat nyimpan peniti-peniti, jarum pentul, paniti paku, dll pernak-pernik yang biasa kita pakai. Anda bisa mengalasi kontainer dengan tisu atau membungkus aksesoris dengan tisu untuk meminimalkan gesekan yang dapat menggores aksesoris.
  4. Perhatikan bagian aksesoris yang rentan mengalami kerusakan.  Lebih baik memiliki beberapa buah aksesoris agar pemakaiannya bisa bergantian, sehingga keausan bagian yang rentan itu dapat ditunda lebih lama. misalnya bros ini… Ini bagian depan bros yang sering kita lihat… perhatikan bagian belakangnya… Bagian yang saya lingkari dengan warna kuning adalah bagian tuas peniti yang seringkali lepas akibat pemakaian bros yang terlalu sering. Jadi, lebih baik punya banyak bros…hehehehheee…tapi tetap sesuaikan dengan koleksi busana/jilbab kamyu yaaa… Ini berlaku juga buat gelang dan aksesoris yang lain, kalo bisa jangan cuma punya satu, hihihihihiiii….. 😀
  5. Hindari mencampuradukkan aksesoris yaaa… selain ribet sewaktu kita memilih atau hendak memakainya, tumpukan/gesekan langsung pada aksesoris dapat merusak aksesoris itu sendiri. Sayang kan? Nah, kalau aksesoris hendak disimpan dalam waktu yang cukup lama, setelah dibungkus dengan plastik klip, kamyu bisa menyimpannya di boks khusus untuk aksesoris. Pasti rapi dan menjaga aksesoris kesayangan tetap awet. Boks tembus pandang pandang seperti ini akan sangat membantu kita karena tanpa perlu membuka tutupnya, kita sudah dapat memperkirakan barang-barang apa saja yang ada di dalamnya 😀
  6. Kalau punya dan menurut kamyu perlu, boleh juga naruh silica gel di kotak penyimpanan tersebut. Sapa tahu bisa menambah umur si aksesoris.
  7. Kalau ngebersihin aksesoris tertentu, khususnya yang dikombinasikan dengan logam, jangan pake air yaaaa… takutnya nanti terjadi korosi alias berkarat. Lebih baik di-lap aja dengan tisu atau kain halus 😀 Disayang-sayang laaaahh…
  8. Uhmm…kalo bisa, jangan terlalu overestimate pada aksesoris –murah– kamyu yaaa… Harap dimaklumi, kalau setelah setahun atau dua tahun, aksesoris itu akan mengalami perubahan warna (luntur), terlihat lecek, berkarat, dsb. meskipun ia sudah disimpan dengan baik. Oksigen dan kadar air yang ada di udara yang kita hirup dapat mempengaruhi kondisi aksesoris, baik itu yang berbahan campuran logam seperti kalung, gelang, bros atau yang berbahan campuran kayu, batu, dan lain-lain. Ada satu saran jitu untuk menghindari keausan perhiasan… well, go buy some diamonds or gold bars! I guarantee, they will last forever… hehehehehee…

Begitulah, fellas… yang penting adalah bagaimana agar pernak-pernik itu mempercantik dir dan hidup kita, bukan sebaliknya, bikin tambah ribet bin ruwet karena cara penyimpanan dan perawatan yang nggak oke…

Jadi, kalau umur aksesoris kita bisa diperpanjang, kita bisa lama juga kan menikmati keindahan mereka 😀

Sip!

Silakan mencoba…

C U next time

Fear of Uncertainty

–This is a note from my facebook page, which was written on June 6, 2009, on my 25th birthday…–

 

Rasa takut adalah mencari-cari kesalahan dengan masa depan. Kalau saja kita ingat bahwa masa depan itu tak pasti, kita tak akan pernah mencoba meramalkan apa yang bisa saja salah. Dan Rasa takut itu akan berakhir saat ini juga.

Suatu hari ketika saya masih kecil, saya begitu takut kalau harus pergi ke dokter gigi. meskipun saya sudah membuat janji untuk bertemu dokter gigi, tetap saja saya tak ingin pergi. Dengan tololnya saya khawatir sendiri. Saat tiba di tempat praktek dokter gigi, saya diberitahu bahwa dokter giginya berhalangan hadir.

Saya belajar, betapa sia-sianya rasa takut itu. Rasa takut terlarut dalam ketidakpastian masa depan. Namun jika kita tidak memakai kebijaksanaan kita, kita lah yang akan dilarutkan dalam rasa takut.

 

Tiga paragraf di atas adalah penggalan kisah yang disampaikan oleh Ajahn Brahm, seorang bhiksu yang lahir di London pd thn 1951, meraih gelar sarjana fisika teori dr Cambridge University, yang pada usianya yang ke-23 tahun memutuskan untuk menjadi bhiksu petapa dalam tradisi hutan Thailand. Buku Ajahn Brahm telah menemani saya selama seminggu terakhir ini.. Saya menyebut minggu ini adalah minggu perenungan Timur karena saya banyak membaca filosofi Timur (Thailand, Cina, Jawa). Saya sangat terkesan dengan buku ini karena kisah2 yang dituturkan di dalamnya sangat sederhana namun memiliki nilai filosofis yang dalam. Makna dari ucapan sederhana yang dituturkan secara turun temurun dalam tradisi Vihara rupanya mampu menginspirasi manusia dari belahan dunia manapun. Intinya bukan pada ajaran agama, saya rasa, tapi pada pemaknaan atas pengalaman hidup sehari-hari, yang mana hal itu sangat universal dan dapat dialami oleh siapapun.

Penggunaan metafora dalam penuturan kisah-kisah ini sungguh membuat saya tersentuh dan banyak melakukan refleksi.. saya sampaikan pemahaman saya pada beberapa orang teman dan saya senang mereka senang mendengarkannya.. *saya rasa, hal yang bagus tidak selayaknya disimpan sendiri*. Kisah tentang rasa takut tadi, misalnya. Seorang samanera (calon bhiksu muda) gagal dalam ujian ketahanan karena pikiran takut yang begitu menguasainya.. ia gagal meski telah berlatih keras. Ia gagal pada saatnya ia harus maju (Brahm, pp. 55 – 57).

Pengalaman seperti yang dialami oleh samanera tersebut tentunya sering kita –saya dan Anda– alami, bukan? Tenyata itu counterproductive, merugikan. Rasa takut dapat berwujud dalam banyak rupa.. memahami metafora akan mendukung kepekaan kita menangkap makna dibalik segala suatu yang terjadi di sekeliling kita, mengasah abstract reasoning kita 🙂

Buku ini sangat ringan dan menyenangkan. Jika Anda terjebak dalam anggapan bahwa filsafat itu memusingkan dan membosankan, maka Anda tidak akan menemukannya dalam buku ini. It’s so daily.. Anda tertarik? Ada waktu?? Have fun with it, then.. Selamat membaca!!

Judul buku: Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (a litle bit vulgar, but once more I say.. it’s just a metaphore!). Please check this link for further information: http://sicacing.blogspot.com/

Saya tidak tahu mengapa penerjemah memberikan judul ini, judul aslinya Opening the Door of Your Heart. Penulis: Ajahn Brahm. Penerjemah: Chuang. Penerbit: Awareness Publication, 2009. Harga: 40rb-an (murraaah kann??)

Salah satu pesan moral dari kisah yang tertulis dari buku ini adalah manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, be here & now, dan nikmatilah hidup ini karena INI PASTI AKAN BERLALU.. waktu yang terpenting adalah SAAT INI, orang yang terpenting adalah IA YANG BERSAMA DENGAN ANDA SAAT INI, dan hal yang terpenting untuk dilakukan adalah PEDULI.. dan lirik lagu jadul di masa awal remaja saya ini tampaknya sesuai..

 

So little time so much to do, I’d rather spend my days with you.

So little time so much to do, Id like to spend one day with you.

And if that day is not enough, Maybe we can stay in touch,

But I’m not making plans for tomorrow, For tomorrow never comes…..

 

Lantas mengapa saya mengangkat kembali tulisan ini? Padahal sekuel bukunya aja udah ada lhohehehee… Yup! Saya memang sedang merasa takut nih… penyakit takut yang susah hilang, bagaimana tidak, kalau judul takutnya adalah a fear of uncertainty???? Padahal kan di dunia ini nggak ada sesuatu yang benar-benar tetap dan pasti… apalagi tentang kehidupan manusia… menemukan buku ini, bersama satu lagi buku Dalai Lama yang ada di rak buku saya tadi sore, “memaksa” saya melakukan refleksi lagi malam ini..

Setidaknya ada pengingat bahwa rapuhnya jiwa manusia lah yang membuat ia terjebak dalam ketakutan-ketakutan yang secara harfiah sebenarnya ia ciptakan sendiri…

Great books… 😀

I do hope I can sleep tight tonight 😀

Hehehehehheheheheee…

 

My Animal Angels

Beberapa hari yang lalu saya sempat menyinggung tentang tujuan binatang dihadirkan dalam kehidupan kita… Percaya atau tidak, sebenarnya kita tidak hanya berjodoh dengan sesama manusia (yang biasa kita sebut belahan jiwa, atau lelaki/perempuan yang kemudian kita nikahi), tetapi kita berjodoh dengan banyak hal lain di luar itu. Mungkin kita berjodoh dengan pekerjaan tertentu, tempat sekolah tertentu, sahabat, orang-orang yang (entah bagaimana caranya) telah membantu kita, atau bahkan dengan binatang-binatang tertentu yang dengan sengaja/tidak kita temui.

Saya punya satu buku yang sangat menarik tentang binatang-binatang yang berjodoh dengan manusia, dalam hal ini mereka telah membantu manusia melewati masa sulit, menghadirkan kegembiraan, mengenali diri, atau hal-hal lain yang takpernah terbayangkan dapat diperankan oleh seekor binatang. Temen-temen pasti pernah dengar film Hachiko kan? Yah, itu salah satu contoh persahabatan antara manusia dan binatang.Dan ada baaaaaanyaak contoh yang lain…Marley and Me, juga sudah difilmkan..itu true story juga lho…

Oh iya, judul bukunya Animal Angels, oleh Charlene R. Johnson dan Michael Rebel. Temen-temen yang tertarik untuk membacanya lebih lanjut bisa mencari buku itu di toko buku atau googling dan mengunduh versi e-book-nya kalo ada…heheheheee…

Yang mau saya ceritakan di sini, tak lain dan tak bukan, adalah tentang Leon dan Nessie… sapa lagi?? hehehhee…

Saya pindah ke Semarang ini benar-benar seperti masuk ke dunia antahberantah, yang super-duper asing, yang mana saya sama sekali nggak tahu arah dan tak mengenal seorang pun (oke, kecuali beberapa teman kantor suami dan beberapa istri mereka yang sempat rese). Trus tahu-tahu ada seekor kucing yang sok akrab, ya si Nanapuss itu…tahu-tahu juga, dia hamil, tahu-tahu dia punya bayi kucing 4 ekor… trus gantian, saya yang ketahuan hamil juga hahahahhaaa… 😀

Intinya, saya jadi punya Leon dan Nessie. Memelihara mereka bukan tanpa konsekuensi. Konsekuensi logis yang harus saya hadapi dengan memelihara bayi kucing dari seekor induk kucing liar adalah saya harus lebih rajin bersih-bersih rumah, nggak boleh jijik sama tikus yang dibawain si induk buat bayi-bayinya, harus sigap kalo rumah jadi berantakan gara-gara para bayi itu main kejar-kejaran, dan seterusnya…dan seterusnya…dan seterusnya…

Saya jadi tambah yakin…

Selalu ada konsekuensi logis dibalik setiap keputusan yang kita ambil…apapun keputusan itu. Tidak ada keputusan yang 100% membuat kita senang dan benar-benar bebas dari tanggung jawab.

Seperti yang sering dikeluhkan oleh para tetangga saya yang merasa direpotkan oleh anak-anak balita mereka… gosh, itulah konsekuensi logis dari memiliki anak! Kalau nggak mau repot, nggak usah punya anak… Tapi harus diingat, tentunya akan ada konsekuensi logis lainnya yang akan menyertai keputusan untuk tidak memiliki anak, ya kan?

Saya benar-benar belajar tentang pilihan dan menjalani pilihan…

Sepertinya saya adalah tipe orang yang martir…

Saya baca di buku Nanny 911-nya Nanny Deborah Carroll dan Nanny Stella Reid >> orangtua / ibu yang martir akan cenderung banyak mengeluh… “saya sudah melakukan ini, saya sudah melakukan itu, bla-bla-bla… ” dan tanpa ia sadari menuntut permakluman dari anggota keluarga yang lain bahwa dirinyalah yang berhak untuk menjadi dominan dalam keluarga… tanpa sadar pula, ia telah membuat orang lain tergantung padanya, ia mengeluh, tapi sebenarnya menikmati ketergantungan tersebut untuk menguatkan eksistensi dirinya…“Lihat, mereka membutuhkanku, tidak ada yang beres kalau aku tidak ada”.

Guys, itu saaaaaaaaaaaangggaaaaaaaaaaat tidak sehat. Believe me, saya berusaha keras untuk melawan kecenderungan munculnya keinginan untuk menjadi martir seperti itu… Rangkaiannya teramat panjang dan rumit untuk dijelaskan di sini, tentang mengapa dan bagaimana sikap itu terbentuk, akarnya sih sepertinya dari rasa tidak percaya diri yaaaa… Makanya, percaya diri-lah, kawan!!! Self-talk sangat membantu untuk meyakinkan diri sendiri…

Selain pelajaran tentang konsekuensi logis untuk setiap pilihan, Leon dan Nessie mengajarkan pada saya tentang pentingnya konsistensi.

Konsisten, khususnya dalam menghadapi atau mendidik anak,  memang terkadang terkesan kejam…tapi konsisten itu perlu dalam menerapkan disiplin. Dan disiplin itu penting.

Saya lemah dalam hal penerapan disiplin pada kucing-kucing itu…saya mudah sekali luluh pada kelucuan mereka… itu kucing lho, gimana nanti saya menghadapi anak saya sendiri? Gossshhh…ini harus segera diantisipasi. Cara termudah adalah speak up, komunikasikan dengan pasangan. Mintalah pendapat dan dukungannya untuk menyikapi kelemahan anda dalam menjaga konsistensi penerapan disiplin. Pasangan adalah partner bukan musuh…jangan ada peran “malaikat-iblis” atau orangtua yang jahat dan baik…jangan membela anak, saat pasangan memberikan teguran…

Saya sering nyuri-nyuri nggendong kucing-kucing itu kalo suami nggak adaaaa… itu nggak baik… 😦 😦 😦

Begitulah…

Sementara ini saya menemukan 2 hal penting itu… saya harus terus belajar dan berlatih nih…

Buku Nanny 911 bagu lho untuk jadi bahan bacaan…banyak tips dan trik yang bisa kita terapkan dan juga banyak ilmu baru yang (bagi saya) bisa “menyentil” jauh ke dalam…bahwa kita berhak untuk menjadi manusia dan orangtua yang lebih baik demi anak-anak kita…

Anak nakal tidak dilahirkan, tetapi mereka diciptakan.

Siapa yang menciptakan? Ya kita sebagai orangtuanya…dengan cara pengasuhan yang malfungsi. So, selagi ada waktu mari belajar lagi… 😀

 

Sweeeeemaaaangggaaaaaaaddddddddddd!!!!!!!!!!

 

Leon in Action

 

Berhubung kemarin saya sudah bikin satu tulisan tentang Nessie, sekarang saya mau bikin juga, yang tentang Leon 😀 Well, saya nggak mau dianggap pilih kasih…saya juga sayaaaaaang sama “singa” kecil berbulu oranye ini…

Saya sudah pernah cerita ya, kalo Leon sama Nessie ini biarpun berbeda secara penampakan luar tapi adalah saudara sekandung? Iya, emang gitu kok, emaknya aja sama…pas ngandungnya juga barengan, mungkin nggak sih beda bapak? hohohoho…pertanyaan genetika kucing yang nggak penting ini yaaaa…

Sifat Leon beda banget sama Nessie… Kalo Nessie hanya mau deket sama saya (selain dengan saya, Nessie pasti ogah dideketin apalagi digendong!), Leon adalah kucing sejuta umat…seperti emaknya, Nanapuss. Leon pasti menikmati diuyel-uyel sama si kembar anak tetangga…sementara Nessie pasti udah lari terbirit-birit kalo dideketin ama mereka. Leon, biarpun jantan, tapi sifatnya kalem banget…kalo ada makanan, pasti kalah berebutan dari Nessie… haduuuh, kok malah jadi feminin gini ya?? 😦

Ini nih album foto Leon 😀

Leon, 3 bulan

Leon, 6 bulan, lebih garang nggak?

Leon juga takut-takut sama Bapakpuss

tapi kalo sama emaknya, dia bakal nempel terus… si tukang netek 😀

anehnya, tiap kali si bapak datang, Leon pasti antusias lari mendekat.

Pernah suatu ketika, ada kucing jantang yang dari kejauhan mirip dengan Bapakpuss (tapi saya tahu itu bukan dia), Leon langsung lari mendekatinya. Setelah sampe didekat kucing itu, Leon baru nyadar kalo itu kucing yang lain. Bulunya langsung tegak, takut setengah mati dia, lalu tahu-tahu dia be’ol saking takutnya. Si kucing asing itu pun tampak bingung, “Anak ini ngapain sih?” Saya lalu menghampiri mereka karena takut Leon bakal diajak berantem sama kucing asing itu…

Yuk, intip permainan Leon…

refleks suka barang-barang yang menggelinding…seperti bola punya si kembar, anak tetangga sebelah rumah…
Leoooooon…main bola yuuuuuk!

Ntah mengapa, Leon suka sekali bermain dengan jepitan jemuran… dia bisa betah bermain dengan jepitan itu sampe hampir setengah jam!

Kadang juga ikut-ikutan Nessie, mainin korden…

 

Itulah, sekelumit keseharian Leon… mungkin tampangnya biasa, dengan warna yang banyak kita temui dimiliki oleh kucing kampung sepertinya, tapi saya tahu, Leon ini punya sesuatu…setidaknya dia adalah kucing yang sangat loveable dan mudah bergaul dengan siapapun (unlike his sister, Nessie). Jadi, itu adalah kredit plus buat dia yaaa… 😀

Lessons-learned from Terminator Salvation

Hehehehehe, saya jadi ingat pernah menulis tentang film Terminator Salvation gara-gara beberapa hari yang lalu (saya lupa tepatnya hari apa), saya dan suami nonton film ini (lagi) di HBO. Dulu kami pernah nonton film ini di bioskop, sayang kok tiketnya ilang yaa… 😦 *Saya punya hobi nyimpen tiket nonton bekas, hhehehehee…

Saya mempunyai kebiasaan untuk “merasakan” apa yang saya lihat.. mencoba melihat lebih jauh dari apa yang mata saya lihat.. biasanya orang yang ada di dekat saya akan berkata bahwa saya terlalu banyak berpikir dan membuang lebih banyak energi. Anehnya, saya menyukai pemikiran saya yang cenderung rumit ini. Dan pada akhirnya, orang yang di dekat saya itu menjadi partner untuk “bergosip” tentang banyak hal yang saya lihat. termasuk tentang film-film yang kami tonton bersama *merasa menang, hahahahahahahaa…*. Senangnya mempunyai orang dekat seperti dia, yang tidak memberangus kesenangan saya untuk berbicara.

Jadi, kembali lagi tentang film Terminator Salvation.. saya suka cara Christian Bale membawakan peran John Connor dewasa.. he looks so mature, sangat bertanggung jawab, dan penuh kasih pada sesama manusia yang sedang dalam situasi krisis di masa itu (Tahunnya 2018 lho.. begitu dekatnya dengan tahun ini..). Tapi saya sungguh tertarik dengan dengan tokoh Marcus Wright yang diperankan oleh Samuel Worthington. Dia adalah seorang manusia yang kemudian dipasangi besi-besi di sekujur tubuhnya dan dipasangi semacam microchip di otaknya. Meski demikian, jantung Marcus tetap jantung manusia. Rupanya dia memang sengaja di rancang oleh dedengkot Skynet untuk menjadi terminator penyusup yang bertugas untuk menghancurkan kelompok pemberontak (The Resistance) dari dalam dengan mempengaruhi keyakinan Connor, “menangkapnya” sekaligus membunuh Kyle Reese, ayah Connor. Namun demikian, rupanya sisi kemanusiaan Marcus masih lebih kuat daripada ke-mesin-annya.. Pada akhirnya, Marcus bahkan mendonorkan jantungnya untuk Connor agar Connor tetap hidup dan memimpin human race memerangi Skynet.

Marcus selalu mempertanyakan apakah dirinya layak diberi kesempatan kedua untuk hidup. Pada kehidupannya sebelum menjadi setengah mesin, dia adalah seorang narapidana. Tampaknya dia merasa begitu bersalah atas kematian kakaknya dan dua orang polisi (tentang latar belakang Marcus tidak banyak diceritakan dalam film ini), dan oleh karenanya dia merasa sangat pantas untuk menjalani hukuman mati. Meski demikian, dia menemukan dirinya masih hidup hingga 15 tahun kemudian meski dalam wujud yang lain. Inilah kesempatan keduanya untuk hidup, seperti yang disampaikan oleh Dr. Krogan, ilmuwan yang melakukan percobaan atas tubuhnya atas dasar ilmu pengetahuan. Kemanusiaan Marcus yang begitu kuat membuatnya rela menyerahkan kesempatan kedua hidupnya untuk melakukan kebaikan, dengan membantu Connor menghancurkan markas Skynet di San Fransisco, membebaskan seluruh tawanan manusia termasuk Kyle Reese dan Star, dan pada akhirnya, mendonorkan jantungnya untuk Connor. Dia yakin bahwa keputusan yang diambilnya adalah benar dan untuk itulah dia memperoleh kesempatan hidup kedua. Mungkin dengan demikian, Marcus merasa telah membayar kesalahannya di masa lalu.

Menurut saya, sangat beruntung sekali si Marcus ini.. karena ia “berhasil” memanfaatkan kesempatan keduanya untuk memperbaiki diri dan memperbaiki kehidupannya (meski ia tidak hidup lagi secara harfiah). Ia akan dikenang sebagai orang yang baik, bahkan jauh setelah dia meninggal. Dan menurut saya, kenangan baik seperti itu jauh berharga daripada seseorang masih hidup (dalam waktu yang lama) namun tak ada yang menyadari keberadaannya 😦

Tentang tokoh Connor, menurut saya, dia pun mengalami masa yang sulit saat harus memutuskan untuk mempercayai Marcus atau tidak. Salah satu quote bagus dalam film ini adalah perkataan Sarah Connor pada John Connor: Saat kau bimbang untuk mengambil keputusan dan kau merasa putus asa, yang terbaik yang dapat kau lakukan adalah mempercayai hati nuranimu. Dan Connor menerapkan pesan ibundanya tersebut.. mempercayai Marcus yang setengah mesin, karena hati nurani Connor meyakini bahwa Marcus lebih “manusia” daripada penampakan fisiknya. Nyatanya pun demikian. Meski awalnya Marcus diprogram untuk membunuh Connor dan Reese, pada akhirnya ia menyelamatkan mereka.

Pelajaran apa yang saya dapat setelah menonton film ini????

  1. Sebagai manusia, saya tidak boleh sombong. Karena kesombongan akan membawa petaka, membuat saya lengah dan tidak menyadari akibat dari perbuatan saya. COntoh dalam film ini adalah kesombongan manusia menciptakan robot yang kemudian menjadi bumerang bagi umat manusia sendiri. Ini sangat mungkin terjadi. Ingat film I am Legend-nya Will Smith atau film kartun Wall-E? Pada kedua film tersebut sudah ada contoh perbuatan manusia yang sombong dan menghancurkan diri sendiri.
  2. Kesempatan kedua.. Seringkali karena kesombongan, manusia melewatkan fase merenung dan menyadari kesalahan. YA! karena tidak merasa salah tentunya!! Sangat beruntung manusia yang menyadari dan mampu melihat jauh ke dalam dirinya, sehingga ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik, dengan tulus, tanpa pamrih. Pernah menonton film kartun Meet the Robinson? Ada pesan moral serupa dalam film tersebut.
  3. Percaya hati nurani. Terkadang sebagai manusia, saya mengabaikan hati nurani dan lebih mengutamakan pemenuhan ego saya untuk berhasil. Untuk memuaskan rasa sombong.. (I’ve done this, I’ve reach that, bla..bla..) yang kemudian mengesampingkan batasan-batasan yang saya miliki dan orang-orang di sekitar saya yang mungkin saja terluka dengan upaya-upaya pemuasan ego tadi. Padahal hati nurani adalah perwakilan Tuhan *kata orang terdekat saya*. Saya rasa, tidak hanya di saat terdesak saja kita harusnya mendengarkan hati nurani.. Tapi memang, hanya dalam keadaan darurat lah suara hati nurani itu terdengar lebih lantang.. So sad to hear that.. mungkin lebih baik untuk saya menjadi lebih peka dan mendengarkannya..

That’s all the lessons learned so far.. Semoga Tuhan memberikan kesempatan pada saya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi esok hari. AMiinnnnn………….. 🙂

Nb: This nose is taken from my previous note on facebook, which I wrote over a year a go, after I watched the movie on XXI cinema, in title “Lesson learned from Terminator Salvation

History

–This note is taken from my old note (written at about more than a year a go) on my facebooke page, titled “a History“–

 

Saya baru saja selesai melihat film yang ditayangkan di sebuah tv swasta nasional. Film itu berjudul National Treasure, buatan tahun 2004 (kalau saya tidak salah mengartikan angka romawi MMIV, hehehehe). Tokoh utamanya Nicholase Cage. Kalau menurut saya, genre film ini termasuk adventure yaa.. ceritanya tentang perburuan harta karun.

Nick Cage dalam film ini berperan sebagai Benjamin Gates, seorang mantan anggota angkatan laut AS yang mengusai dan memiliki ketertarikan khusus pada sejarah. Telah turun temurun dalam keluarganya (sejak kakek, Thomas Gates). Ia berupaya keras untuk memecahkan teka-teki untuk menemukan petunjuk menuju harta karun tersebut. Sampai pada akhirnya, Ben menemukan bahwa salah satu petunjuk ada di balik dokumen pernyataan kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence).

Singkat kata, ia kemudian berhasil menemukan lokasi harta karun tersebut. Tentunya tidak mudah, karena ia juga harus melawan seorang mafia, Ian, yang juga mengincar harta tersebut, dan pihak FBI yang mendakwanya sebagai pencuri dokumen negara nomor wahid. Ia berhasil menemukan bahwa harta karun tersebut tersimpan 5 kaki di bawah sebuah gereja di Broadway, yaitu Trinity Church.

Yang membuat saya terpesona adalah:

  1. Semua artefak yang dilibatkan dalam film ini, baik otentik maupun tidak, tetap terlihat keren! Saya suka sekali.. seperti halnya di film Da Vinci Code atau Angel and Demon.. yang menunjukkan master pieces dari orang-orang hebat dalam sejarah. Termasuk sistem penataan ruang bawah tanah, pintu-pintu rahasia yang menggunakan kunci-kunci rahasia yang bahkan tidak nampak seperti kunci, sistem elevator hidrolik buatan tangan, dll, dll.. which are absolutely cool..
  2. Nilai historis dari masing-masing artefak dan situs bersejarah.. dan saya salut pada Pemerintah sono yang menjaga dengan sepenuh hati harta peninggalan nenek moyang yang tiada duanya tersebut. Dibandingkan di negara kita, eehmmm… kita tertinggal jjjaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuhhhh….
  3. Fakta bahwa kemudian Ben tidak menginginkan lagi harta yang telah menjadi obsesi hidupnya selama bertahun-tahun untuk diberikan pada negara. Padahal harta yang tersimpan sangat-sangat-sangat berharga, yaitu peninggalan bangsa Mesir Kuno, dan bangsa-bangsa lain yang kunonya bahkan tidak bisa kita bayangkan.. Sebelum Masehi gitu… Tidak banyak manusia yang mempunyai jiwa seperti itu. Even dia adalah tokoh dalam film, saya salut padanya, dan harusnya yang demikian itu dapat menginspirasi banyak orang, untuk tidak menjadi orang yang serakah.
  4. Nilai (value) yang disampaikan oleh agen kepala dari FBI (yang sebelumnya hendak menangkap Ben), saya lupa namanya. Dia berkata bahwa ada harta yang terlalu berharga untuk dimiliki oleh perseorangan, harta itu adalah milik seluruh umat manusia. Mostly, isi dari harta itu adalah ilmu. Dan memang, dalam ruang penyimpanan harta, kebanyakan yang ditemukan adalah catatan-catatan lama dalam lembaran papyrus, dan ruangan tsb. jadinya seperti perpustakaan 🙂 Kalau sudah begitu, jangan sampai lah diperebutkan.. malah akan menghancurkan ras manusia sendiri.

Intinya apa ya???

Saya hanya ingin menyampaikan bahwa kita perlu belajar sejarah. Bukan untuk mendapatkan nilai yang bagus di rapor atau memenuhi tugas dari guru sejarah.. tapi karena ada banyak nilai-nilai yang jauh lebih penting yang dapat kita ungkap dari pembelajaran masa lalu itu.

Di jaman dahulu kala, para nenek moyang kita sudah menemukan banyak hal sebagai teknologi dasar yang membentuk peradaban kita saat ini, maka sesungguhnya tidak pantas lah kita menyombongkan diri sebagai generasi milenium bila kita tidak menghargai dan mengapresiasi leluhur kita.

Saya berbicara atas nama ras manusia. Tidak hanya bangsa Indonesia saja lho, tapi seluruhnya.. semua manusia yang ada di bumi. Sebenarnya apa sih sekat di antara kita? we all human being, human race.. seperti kata Jacko, it’s no matter if you black or white.. (yiihiiiiiiiiiiii….!!!!!!). Dan akan lebih baik kalau kita bersatu.. Lho, itu kan slogan Miss Universe to? “WORLD PEACE”

Saya terlalu banyak bicara yaa, hahahahhaa..

Saya cuma mau bilang, manusia sekarang jangan sombong dulu bila belum belajar tentang sejarah nenek moyang.. belum belajar mengetahu asal-usul, belum belajar mengenali peristiwa, belum belajar menghargai upaya mereka.. Saya rasa, ini semua dapat mengasah kepekaan kita untuk menghadapi pelbagai keadaan dengan segala pergolakannya sehingga tidak menjadi tergesa-gesa menyikapinya.

Sedikit pesan jangan laaahhh mudah terpancing isu yang memprovokasi bangsa (untuk bermusuhan dengan Malaysia) sebelum kita benar-benar paham duduk permasalahannya seperti apa. Semuanya harus dihadapi dengan kepala dingin ya.. seharusnya seperti itu.. Ada hal yang jauh lebih esensial daripada yang kita lihat dengan mata telanjang kita ini atau yang kita denger dengan dua telinga kita ini. Jauuh di balik itu semua.. tak banyak yang mau melihatnya, tak banyak yang mau mendengarnya.

Dari film yang baru saya tonton itu, saya jadi tergelitik.. ada banyak metafora dalam kehidupan kita ini yang sebenarnya adalah teka-teki, bagi mereka yang “jeli” tentunya akan selalu ada “jalan” untuk dilalui dengan ringan hati.. karena prasangka sesungguhnya hanya akan menjerumuskan diri sendiri.

Itu menurut saya…
Kalau pendapat anda berbeda, tentu boleh saja.. 🙂

Nessie in Action

Saya sayaaaaaaaang sekali pada kucing betina muda ini… selain karena warna bulunya yang dominan putih, juga pada sifatnya yang menurut saya jinak-jinak merpati –udah sama kan warna bulunya sama merpati :D. Saya yakin kelak kecantikannya akan mengalahkan emaknya, si nanapuss, yang sekarang masih menjadi ratu kucing se-RT 21. Hahahahhahaaaa…

 

Ini dia album foto nessie… 😀

Ini Nessie sewaktu berumur 3 bulan, lucu sekali bukan???

Ini Nessie sekarang, 6 months old

Nessie selalu tahu cara nampang di depan kamera 😀

Walaupun nampangnya pake acara melet kaya gini…

 

Ada beberapa kebiasaan Nessie yang sering membuat saya tertawa sendiri saking lucunya…

  1. Nessie suka sembunyi di belakang buku…dia akan naik ke rak buku dan memasukkan tubuhnya sampe ke bagian belakang buku yang masih longgar untuk dia tempati… sebenarnya sih nggak longgar-longgar amat…biasanya dia akan numpang tidur disitu 😀
  2. Nessie –dan Leon– suka main di motor…ntah itu manjat sampe ke jok, atau cuma muter-muter di sekitar ban, atau main gulat-gulatan di bawah motor
  3. Nessie suka bergelantungan di korden

 

Hihihihihi….

tapi biasanya Nessie jadi bengong kalo ada bapaknya…

Hihihihiihihii… lucu banget kan??

Kebiasaan Nessie dan Leon tiap pagi adalah pulang jam 5, begitu saya membuka pintu dapur mereka pasti langsung lari berebutan mau masuk…biasanya langsung ke arah baskom tempat air mereka biasa minum… setelah itu, kalau saya lagi jadwal jalan-jalan pagi, pasti Nessie paling semangat menemani saya jalan-jalan… sementara Leon, kadang ikut atau kadang dia pilih bergelung di keset depan pintu dapur…

 

Guys, sangat menyenangkan sekali mempunyai binatang peliharaan dalam hidup kita lhooo… Kalo banyak orang bilang “Dogs are men’s best friend” tapi bagi saya, those kittens are my best friend nowadays... 😀

Mereka mengajarkan pada saya tentang banyak hal…

Selain memberikan live show setiap harinya dengan ulah-ulah mereka yang gokil abis, perilaku mereka juga mengajarkan & melatih saya, baik  secara fisik maupun mental-psikologis, tentang how to take care  kids… tentunya dalam proporsi yang berbeda ya, masak sih baby human mau disamain sama baby cat…Intinya, saya yakin mereka (kucing-kucing) itu hadir dalam hidup saya pasti ada tujuannya… next time, I’ll tell you what –I think– their purposes are, as my animal angel 😀

 

Fingers vs Brushes

Here are the brushes…

Sejak awal belajar merias secara profesional, saya sudah mupeng banget pengen punya satu set perlengkapan rias yang namanya “kuas” ini (See, betapa miripnya kegiatan merias dan melukis –baca Basic Make-up) !! Untuk orang-orang dengan kecenderungan OCD seperti saya ini, pastilah sangat menyenangkan untuk mengkoleksi sesuatu selengkap-lengkapnya, apalagi kalau itu berkaitan dengan hobi yang sedang digandrungi 😀

Saya aja punya satu set obeng lho…kikikikikkk… padahal saya nggak hobi otomotif sama sekali. Cuma dulu waktu awal-awal kuliah dan tinggal sendirian,  memang dibekali sekotak obeng plus palu dan tang, oleh bokap… kata beliau, sapa tahu saya membutuhkannya di perantauan. So000000000000 sweeeeeeeetttt… 😛

Kembali ke brushes, saya memang sangat berniat untuk mengoleksinya, bermimpi malah…sampai sekarang… tapi, kok sampai sekarang koleksi kuas saya tidak bertambah yaaa… hahahhahahahhaaa… cuma punya yang standar aja gitu…

dari ki-ka: kuas eyeshadow, blush-on, bedak, alis, bibir

 

Tuh kan, saya cuma punya lima… itu aja yang satu (kuas alis) adalah kuas jadi-jadian…hahahhahahhaa…bawaan dari pensil alisnya! Pada prakteknya, lima kuas ini udah TOP BEGETE buat saya. Saya sekarang justru jarang menggunakan kuas eyeshadow… saya punya yang lebih mantab, hehehhee…

Ini dia… jari-jari tangan saya… Kyaaaa, kok jari saya jempol semua yaaaaa???? Tentu saja saya cuma pake tangan kanan saat merias. Selain demi alasan kesopanan –pasti nggak ada yang mau mukanya diubek-ubek pake tangan kiri kan?–, saya pake tangan kanan karena saya right-handed person. Nggak mau ah, ambil resiko merias pake tangan kiri!!

Berdasarkan pengalaman saya selama lebih kurang 2 tahun terakhir menggunakan jari untuk mengaplikasikan eyeshadow, ada beberapa kelebihan yang bisa ditawarkan oleh si kuas alami ini, yaitu:

  1. Nggak bakal kejadian yang namanya kasus kuas ketinggalan! Ya eyyaalah, kan jari jemari ini sudah pasti melekat dengan kita –Syeremnya ngebayangin kalo jari kita ketinggalan 😦
  2. Nggak akan ada pemborosan eyeshadow. Kenapa bisa? Kita tentunya lebih familiar dengan eyeshadow serbuk daripada jenis yang lain, seperti krim atau padat. Tanpa kita sadari, aplikasi eyeshadow menggunakan kuas, jika kita tidak terampil, justru akan membuang eyeshadow percuma. Gerakan mengaplikasikan eyeshadow dengan kuas adalah dengan cara ditepukkan perlahan dengan sedikit tekanan pada kelopak mata. Gerakan menyapu –yang seringkali dilakukan– itulah yang merupakan pemborosan eyeshadow. Alih-alih mendapatkan rias mata yang diinginkan, tahu-tahu kita malah menghabiskan eyeshadow favorit kita sia-sia. Jari sangat membantu untuk menghemat eyeshadow!
  3. Hasil riasan mata yang intens. Karena serbuk eyeshadow teraplikasikan dengan efektif, hasil riasan mata juga lebih intens. Warna akan melekat dengan lebih sempurna tanpa perlu sering-sering mengulaskan eyeshadow.
  4. Warna eyeshadow lebih mudah dibaurkan –tidak terkesan seperti kue lapis. Kita tentu sudah mengenal trik pengaplikasian warna untuk rias mata, dimana harusnya meletakkan warna yang gelap, sedang, terang sehingga sesuai proporsinya di kelopak mata kita. Nah, jari sangat membantu kita untuk menghindari kesan “lapis-lapis” atau batasan warna yang ada di kelopak. Hasilnya? Rias mata yang alami, halus, dan rapi 😀
  5. Efek pijatan yang menenangkan. Hehehehehe, kalau ini membutuhkan banyak latihan yaaa… seringkali ketika mengaplikasikan pelembab, foundation, dan juga eyeshadow –yang make jari– saya menyelipkan pijatan-pijatan ringan di titik-titik tertentu di wajah yang memberikan efek relaksasi. Titik-titik ini adalah titik-titik yang sama yang seringkali menjadi sasaran terapis saat kita pergi facial 😀 Contohnya: saat mengaplikasikan highlight, sambil saya pijat juga bagian bawah alis.

Nah, itu tadi beberapa kelebihannya… sekarang, secara objektif saya coba untuk memaparkan kelemahan penggunaan jari untuk mengaplikasikan eyeshadow

  1. Cenderung sulit menggunakan jari untuk membuat sudut mata bagian luar. Perlu banyak latihan agar memperoleh hasil rias sudut mata yang rapi bila menggunakan jari sebagai aplikatornya. Kesulitannya karena: pakemnya adalah kita menggunakan warna yang cenderung lebih gelap untuk membentuk sudut mata, warna gelap sangat mudah terlihat jika kita melakukan kesalahan dalam proses pengaplikasiannya. Misalnya: mbleber atau meluas, tidak simetris antara mata kanan dan kiri, dll
  2. Cenderung sulit menggunakan jari untuk mengaplikasikan eyeshadow pada garis mata bagian bawah –untuk riasan tipe smokey eyes. Lagi-lagi, masalahnya adalah warna-warna yang dipilih untuk riasan ala asap ini adalah  warna tua seperti abu-abu tua, biru tua, ungu tua, ungu keabuan, atau malah hitam pekat (gothic).

Hmmm…kok cuma ketemu 2 kelemahan aja yaa…hehehehehe…

Untuk dua kasus ini (kelemahan 1 & 2), saya punya beberapa trik untuk mengatasinya, yaitu:

  1. Menggunakan ujung jari kelingking yang relatif lebih kecil daripada jari-jari yang lain untuk mengaplikasikan eyeshadow di bagian kelopak mata yang riskan mengalami “kegagalan riasan”. Ingat, bagian ujungnya saja!
  2. Mengambil sedikit eyeshadow dan mengaplikasikannya juga sedikit demi sedikit sampai pada tingkat intensitas warna yang diinginkan. Hal ini untuk menghindari warna yang terlalu medhok atau tebal.
  3. Untuk mengetes intensitas warna –kadang warna eyeshadow di tabung dan saat diaplikasikan di kulit itu berbeda, saya biasanya mengoleskan dulu di bagian punggung tangan, di bawah ibu jari, tangan kiri saya. Saya memfungsikannya sebagai palet warna (seperti palet yang dimiliki pelukis untuk mencampur warna).

Intinya sih, latihan yaaa…teuteup! Saya percaya 100%, practice makes perfect. Jadi, jangan bosan-bosan untuk mencoba dan terus mencoba…sampai menemukan trik yang benar-benar pas buat kamyu semyua… Hehehhee, saya sih cuma melemparkan wacana ajah…kayak para politisi di tipi itu loh, hahahahahhaa.. 😀

So, selamat mencoba yaaaaa…

Semangaaattt!!!!!

😀 😀 😀

 

 

Nb: jangan lupa, bersihkan jari sebelum mulai merias yah!!!! Penting ini!!! Jangan jorok ah, ntar nggak jadi cantik loh 😀