Hehehehehe, saya jadi ingat pernah menulis tentang film Terminator Salvation gara-gara beberapa hari yang lalu (saya lupa tepatnya hari apa), saya dan suami nonton film ini (lagi) di HBO. Dulu kami pernah nonton film ini di bioskop, sayang kok tiketnya ilang yaa… 😦 *Saya punya hobi nyimpen tiket nonton bekas, hhehehehee…
Saya mempunyai kebiasaan untuk “merasakan” apa yang saya lihat.. mencoba melihat lebih jauh dari apa yang mata saya lihat.. biasanya orang yang ada di dekat saya akan berkata bahwa saya terlalu banyak berpikir dan membuang lebih banyak energi. Anehnya, saya menyukai pemikiran saya yang cenderung rumit ini. Dan pada akhirnya, orang yang di dekat saya itu menjadi partner untuk “bergosip” tentang banyak hal yang saya lihat. termasuk tentang film-film yang kami tonton bersama *merasa menang, hahahahahahahaa…*. Senangnya mempunyai orang dekat seperti dia, yang tidak memberangus kesenangan saya untuk berbicara.
Jadi, kembali lagi tentang film Terminator Salvation.. saya suka cara Christian Bale membawakan peran John Connor dewasa.. he looks so mature, sangat bertanggung jawab, dan penuh kasih pada sesama manusia yang sedang dalam situasi krisis di masa itu (Tahunnya 2018 lho.. begitu dekatnya dengan tahun ini..). Tapi saya sungguh tertarik dengan dengan tokoh Marcus Wright yang diperankan oleh Samuel Worthington. Dia adalah seorang manusia yang kemudian dipasangi besi-besi di sekujur tubuhnya dan dipasangi semacam microchip di otaknya. Meski demikian, jantung Marcus tetap jantung manusia. Rupanya dia memang sengaja di rancang oleh dedengkot Skynet untuk menjadi terminator penyusup yang bertugas untuk menghancurkan kelompok pemberontak (The Resistance) dari dalam dengan mempengaruhi keyakinan Connor, “menangkapnya” sekaligus membunuh Kyle Reese, ayah Connor. Namun demikian, rupanya sisi kemanusiaan Marcus masih lebih kuat daripada ke-mesin-annya.. Pada akhirnya, Marcus bahkan mendonorkan jantungnya untuk Connor agar Connor tetap hidup dan memimpin human race memerangi Skynet.
Marcus selalu mempertanyakan apakah dirinya layak diberi kesempatan kedua untuk hidup. Pada kehidupannya sebelum menjadi setengah mesin, dia adalah seorang narapidana. Tampaknya dia merasa begitu bersalah atas kematian kakaknya dan dua orang polisi (tentang latar belakang Marcus tidak banyak diceritakan dalam film ini), dan oleh karenanya dia merasa sangat pantas untuk menjalani hukuman mati. Meski demikian, dia menemukan dirinya masih hidup hingga 15 tahun kemudian meski dalam wujud yang lain. Inilah kesempatan keduanya untuk hidup, seperti yang disampaikan oleh Dr. Krogan, ilmuwan yang melakukan percobaan atas tubuhnya atas dasar ilmu pengetahuan. Kemanusiaan Marcus yang begitu kuat membuatnya rela menyerahkan kesempatan kedua hidupnya untuk melakukan kebaikan, dengan membantu Connor menghancurkan markas Skynet di San Fransisco, membebaskan seluruh tawanan manusia termasuk Kyle Reese dan Star, dan pada akhirnya, mendonorkan jantungnya untuk Connor. Dia yakin bahwa keputusan yang diambilnya adalah benar dan untuk itulah dia memperoleh kesempatan hidup kedua. Mungkin dengan demikian, Marcus merasa telah membayar kesalahannya di masa lalu.
Menurut saya, sangat beruntung sekali si Marcus ini.. karena ia “berhasil” memanfaatkan kesempatan keduanya untuk memperbaiki diri dan memperbaiki kehidupannya (meski ia tidak hidup lagi secara harfiah). Ia akan dikenang sebagai orang yang baik, bahkan jauh setelah dia meninggal. Dan menurut saya, kenangan baik seperti itu jauh berharga daripada seseorang masih hidup (dalam waktu yang lama) namun tak ada yang menyadari keberadaannya 😦
Tentang tokoh Connor, menurut saya, dia pun mengalami masa yang sulit saat harus memutuskan untuk mempercayai Marcus atau tidak. Salah satu quote bagus dalam film ini adalah perkataan Sarah Connor pada John Connor: Saat kau bimbang untuk mengambil keputusan dan kau merasa putus asa, yang terbaik yang dapat kau lakukan adalah mempercayai hati nuranimu. Dan Connor menerapkan pesan ibundanya tersebut.. mempercayai Marcus yang setengah mesin, karena hati nurani Connor meyakini bahwa Marcus lebih “manusia” daripada penampakan fisiknya. Nyatanya pun demikian. Meski awalnya Marcus diprogram untuk membunuh Connor dan Reese, pada akhirnya ia menyelamatkan mereka.
Pelajaran apa yang saya dapat setelah menonton film ini????
- Sebagai manusia, saya tidak boleh sombong. Karena kesombongan akan membawa petaka, membuat saya lengah dan tidak menyadari akibat dari perbuatan saya. COntoh dalam film ini adalah kesombongan manusia menciptakan robot yang kemudian menjadi bumerang bagi umat manusia sendiri. Ini sangat mungkin terjadi. Ingat film I am Legend-nya Will Smith atau film kartun Wall-E? Pada kedua film tersebut sudah ada contoh perbuatan manusia yang sombong dan menghancurkan diri sendiri.
- Kesempatan kedua.. Seringkali karena kesombongan, manusia melewatkan fase merenung dan menyadari kesalahan. YA! karena tidak merasa salah tentunya!! Sangat beruntung manusia yang menyadari dan mampu melihat jauh ke dalam dirinya, sehingga ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik, dengan tulus, tanpa pamrih. Pernah menonton film kartun Meet the Robinson? Ada pesan moral serupa dalam film tersebut.
- Percaya hati nurani. Terkadang sebagai manusia, saya mengabaikan hati nurani dan lebih mengutamakan pemenuhan ego saya untuk berhasil. Untuk memuaskan rasa sombong.. (I’ve done this, I’ve reach that, bla..bla..) yang kemudian mengesampingkan batasan-batasan yang saya miliki dan orang-orang di sekitar saya yang mungkin saja terluka dengan upaya-upaya pemuasan ego tadi. Padahal hati nurani adalah perwakilan Tuhan *kata orang terdekat saya*. Saya rasa, tidak hanya di saat terdesak saja kita harusnya mendengarkan hati nurani.. Tapi memang, hanya dalam keadaan darurat lah suara hati nurani itu terdengar lebih lantang.. So sad to hear that.. mungkin lebih baik untuk saya menjadi lebih peka dan mendengarkannya..
That’s all the lessons learned so far.. Semoga Tuhan memberikan kesempatan pada saya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi esok hari. AMiinnnnn………….. 🙂
Nb: This nose is taken from my previous note on facebook, which I wrote over a year a go, after I watched the movie on XXI cinema, in title “Lesson learned from Terminator Salvation“