Integritas Personal Pribadi Masa Kini

Orang jaman sekarang banyak yang mengeluh merasa kesepian di tengah keramaian, merasa sendiri padahal sedang berada di tengah teman-teman, merasa tidak memiliki pegangan hidup, dan seringkali juga merasa perlu untuk berpura-pura di depan orang lain.

Nah! Kepura-puraan ini lah yang membahayakan kesehatan mental, kawan!

Mengapa harus berpura-pura? Orang berpura-pura untuk menyelamatkan muka. Mengapa muka harus diselamatkan? Karena kehilangan muka sama dengan kehilangan harga diri. Nah pertanyaannya adalah, seberapa tinggi harga diri itu?

Pribadi disebut telah terintegrasi apabila seluruh “komponen” dalam dirinya telah menyatu menjadi suatu kesatuan yang utuh. Yang dimaksud “komponen” di sini adalah pikiran, perasaan, perilaku yang ada pada diri individu tersebut kongruen atau selaras. Contohnya begini, bila pikirannya berkata tidak suka maka mulutnya akan berkata tidak suka, bukan sebaliknya.

Lantas, mengapa orang-orang jaman sekarang banyak yang bersikap munafik? Lain di bibir, lain di hati, begitu? Mungkinkah tuntutan kehidupan jaman sekarang membuat banyak orang terpaksa menggadaikan hati nurani untuk menyelamatkan mukanya?

Saya tidak tahu jawabannya, tapi yang saya amati dan saya rasakan sendiri (sebagai anggota masyarakat), banyak nilai dan norma yang telah bergeser. Entah bergesernya ini kearah yang lebih bagus atau tidak, saya tidak berhak menilai ya. Yang jelas, kebanyakan dari kita cenderung menjadi pribadi yang tidak nyaman dengan diri kita sendiri. Seringkali –baik diakui maupun tidak– kita merasa begitu takut mendapatkan penilaian negatif dari orang lain atau dari lingkungan. Penilaian negatif ini, apabila kita mendapatkannya, membuat kita merasa terpuruk. Padahal, penilaian semacam ini belum tentu objektifย  juga lho, apalagi bila itu terlahir dari masyarakat yang penuh bias sosial dan prasangka.

Lantas, bagaimana agar pribadi kita menjadi tangguh dan terintegrasi?

Hmmm…pertanyaan yang suliiiiiiiiiiiiiiiiiit sekali untuk dijawab. Kita sudah terbiasa mengabaikan hati nurani sih… kalau anak SD saja sudah dibiasakan melihat fakta bahwa nyontek saat ujian itu sah dan menjadi bangga atas hasil ujian berdasarkan contekan itu, bagaimana ia nanti ketika sudah besar?

Integritas pribadi dapat juga kita artikan sebagai kejujuran pada diri sendiri. Arti jujur adalah sesuai, cocok, tidak dibuat-buat, tidak direkayasa, aseli. Kalau kita sudah berbohong pada diri sendiri, bagaimana jadinya?

Sebuah pertanyaan retoris buat kita semua, BUAT APA BERBOHONG PADA DIRI SENDIRI? Toh, kita juga sebenarnya mengetahui kebenarannya seperti apa. Orang lain boleh saja mengenal topeng yang kita pasang di muka kita, tapi…bukankah saat kita bercermin kita tahu itu bukan muka kita yang sesungguhnya??

Saya banyak sekali melontarkan pertanyaan ya, kali ini? So many question-mark, LOL… tapi nggak papa, kita memang perlu untuk melontarkan pertanyaan pada diri sendiri, sebagai tonggak untuk mulai merefleksikan diri…bercermin untuk melihat seperti apa muka kita sesungguhnya.

join us on http://edictionworld.com

Make Up for Party Event

Kemarin critanya ini saya habis kondangan. Adik ipar saya menikah dan ini kali pertama saya dandan serius lagi setelah beberapa bulan. Hmmm…bisa dijadikan bahan evaluasi nih, pikir saya.

Nuansa warna kebaya yang saya kenakan adalah peach-cokelat. Sebagaimana sebelumnya, riasan favorit saya adalah smokey eye, kali ini saya tambahi warna peach tua keunguan (hadeehh, gimana ya warnanya?) yang merupakan hasil perbauran warna.

Saya nggak nyangka lho, setelah melahirkan wajah saya berubah…iya nggak sih?? hahahhaa… yang jelas saya merasa ini bibir kok makin jontor ya? ๐Ÿ˜€

Pilihan warna saya standar aja, dengan bluch on dan lipstick bernuansa nude. Menurut saya, bibir saya terlihat jontor adalah karena lipsticknya deh. Saya pilih warna lipstick cokelat muda berglitter dan saya mengaplikasikan lipstick tersebut langsung dari tube-nya, enggak pake kuas lipstick. Warning nih, buat pemilik bibir yang sekseh seperti saya (dieeeeng!!), berhati-hati lah dengan lipstick berglitter dan lipgloss, karena salah pengaplikasian akan menyebabkan bibir anda jontor ๐Ÿ™‚

Kesalahan saya (lagi) kemarin adalah tidak cuci muka pake air sebelum mulai berdandan. Tekstur kulit cenderung kering seperti punya saya ini sepertinya terus-menerus merasa haus…rasanya tidak nyaman kalau nggak cuci muka dulu, hasilnya juga riasan dasar saya cenderung terkesan kasar. Paling nyaman adalah mengkompres wajah dengan air dingin/air es sebelum memoleskan pelembab ๐Ÿ™‚

Yang saya sukai dari riasan saya kemarin adalah bagian bawah mata yang sengaja saya cerahkan menggunakan bedak padat warna terang plus eye shadow berwarna putih tulang. Hasilnya, mata saya benar-benar hidup! Bayangkan saja, selama tiga bulan terakhir saya nyaris tidak pernah tidur lelap karena harus sering bangun untuk menyusui, dan lagi saya dilarang keras untuk tidur pagi. Mata saya sudah seperti mata panda ๐Ÿ˜ฆ

Saya memilih eyeliner warna cokelat untuk membingkai mata dan sedikit warna ungu di sudut mata bagian dalam, untuk memberi efek cerah. Yang paling sulit adalah memasang bulu mata palsu ๐Ÿ˜ฆ butuh waktu 1/2 jam… Hmmm…saya memang jarang masang bulu mata untuk mata saya sendiri…untung bisa nempel.

Hmm..apalagi ya yang bisa direview?

Oyaa, yang jelas saya terlihat tambah langsing lho! Bukan hanya kelihatannya aja, tapi memang sudah turun lagi berat badannya… terakhir pas hamil BB 81kg, sekarang sudah 70kg! Hebat…menyusui memang diet paling oye! ๐Ÿ˜€

Oya, yang agak ribet juga kemarin itu masang jilbabnya ini nih… saya belum pernah ribet masang jilbab sendiri, sebelumnya sih make yang gampang-gampang…butuh waktu lebih dari 1/2 jam kayaknya masang jilbab ini. Untung hasilnya nggak malu-maluin ๐Ÿ™‚ yah, bisa dibilang sakses lah ya ๐Ÿ™‚ Emang lebih gampang masangin ke orang lain dari pada masangin ke diri sendiri.

Nah, begitulah…

Silakan mengambil informasi yang menurut anda bermanfaat dan abaikan yang menurut anda tidak bermanfaat untuk anda.

Happy reading, people!

Bias Jender dalam Budaya Patriarkhi

Hmm… saya ingat obrolan saya dengan beberapa teman di status akun facebook saya kemarin…dan nyambungnya dengan ingatan saya pada saat kuliah Psikologi Jender yang diampu oleh Alm. Pak Firin sekitar 6-7 tahun yang lalu.

Saya merasa mengalami kemunduran secara fisik dan intelektual pasca-melahirkan. Yaaaa… ini ada hasil penelitiannya nggak sih? Hahahhaaaa..atau cuma perasaan saya aja…

Nah, sudah hampir sebulan saya tidak menulis, lalu setelah berupaya untuk menulis lagi, lebih tepatnya bekerja lagi, kok saya mengalami kesulitan ya?

Lalu saya berpikir, kenapa ya? bagaimana pula nanti kalau seterusnya seperti itu? Huaaaaaaaa, seram euy!

Lalu saya semakin tenggelam ke dunia domestik yang identik dengan urusan rumah tangga, anak, suami yang melulu seperti itu dan tidak berkembang. Seraaaam!! Apalagi dengan budaya patriarkhi yang sarat dengan bias jender. Terkotak-kotakkan gitu, tugas perempuan, tugas laki-laki sepertinya sudah ditakdirkan begitu dari sononya. Padahal itu kan semata-mata bentukan budaya to???

Saya kemudian berpikir, apakah sebaiknya saya bekerja di luar rumah saja? berkarir begitu? Saya kok merasa takut dilecehkan ya kalau saya tidak bekerja, sementara itu saya dirumah saja terus saya dianggap sebagai perempuan yang tidak berguna. *Hayyyaaaaah!!! Kata-kata apa ini??* Sebenarnya, kalau lingkungan memberikan dukungan kepada perempuan, baik perempuan itu memilih untuk bekerja di rumah atau di luar rumah, sepertinya tidak akan ada masalah. Eh, bekerja di rumah itu capek juga lho…

Dulu Pak Firin pernah berkata, ibu rumah tangga sebenarnya mencakup beberapa profesi sekaligus yang kalau hendak digaji sepertinya si suami tak akan sanggup membayarnya. Ibu adalah chef, desainer interior, housekeeper, manajer keuangan, ahli gizi, dan (maaf) private hooker. Nah lho!

Beberapa teman menyayangkan, kenapa saya tidak mengejar karir yang lebih mapan… nah saya juga bingung, kenapa ya saya merasa sayang untuk meninggalkan rumah? Banyak pula yang menyayangkan prestasi saya yang cemerlang semasa sekolah dan kuliah, jika saya tidak berkarir. Hiks!

Tidak bisa ditolak atau disangkal, demikian kata dua orang pembimbing saya di kampus dulu, Bu Eni (Prof. Dr. Wisjnu Martani) dan Bu Nida (Dr. Nida ul Hasanat) bahwa dunia ini milik laki-laki. Laki-laki dapat bebas berkata “saya capek” ketika pulang kerja dan langsung berangkat bersantai ria sementara istrinya masih harus berkutat dengan serangkain pekerjaan ini-itu di rumah. Semua itu diatasnamakan pada kodrat. Dan celakanya, perempuan pun mengamini kodrat tersebut sebagai takdir yang tidak bisa diganggu gugat…alamak, dimana kesetaraan itu?

Padahal ya, apa salahnya kalau laki-laki mencuci baju dan perempuan menggunakan palu dan paku untuk memperbaiki jemuran?

Dalam budaya patriarkhi, memang lelaki adalah breadwinner (pencari nafkah) yang diakui masyarakat. Maka dari itu, kebanyakan merasa berhak untuk menjadi “penguasa” di rumah.

Hyaa…tulisan saya kok sinis banget ya disini…

Sekedar melepaskan uneg-uneg aja kok ya, nggak papa..hahahahaa… ๐Ÿ˜€

Camera Face

Nampang di depan kamera? Sudah menjadi hobi ya? Hahahahaa… kemarin ada teman saya yang nanya, gimana tuh make up yang oke buat nampang di depan kamera, biar keliatan kalo lagi make up-an gitu…

Nah, sekarang kita coba belajar yuk, ngebedain make up biasa sama make up untuk nampang di depan kamera…

Kali ini modelnya saya aja yah…saya ambilkan dari foto-foto lama…

Nah, kalau dilihat sekilas, saya tampak tidak ber-make up ya? Saya pake make up lho ini hehehheee…

bandingkan dengan foto yang satu ini…

dewiw3

Kedua foto ini bedanya apa ya? hahahaha…agak nggak jelas juga, tapi mari kita bahas bersama…

Foto kedua ini untuk setting kondangan, jadi make-up lebih tebel buat jaga-jaga ntar foto sama si manten, biar nggak kebanting gitu sama mantennya yang so pasti dandan (abis-abisan, wkwkwkw). Perbedaannya terletak pada:

Foundation

Foundation untuk make sehari-hari, lebih natural kalau kita make foundation cair atau krim ringan (mousse), sedangkan untuk make-up yang lebih serius, kita bisa make foundation padat –semacam concealer– dulu lalu ditutup dengan foundation cair untuk menghaluskan tekstur kulit wajah. Kita juga bisa pake foundation krim.

Shading

Shading yaitu teknik untuk membentuk bayang-bayang di wajah untuk menutupi kekurangan di wajah kita, misalnya untuk “mancungin” hidung, “nonjolin” tulang pipi, atau bikin tirus pipi yang chubby. Shading bisa dibuat menggunakan concealer, alas bedak, atau bisa juga pake blush-on dan eye shadow tinggal pilih warna yang mendekati warna kulit, warna yang lebih gelap satu tingkat, dan warna yang lebih terang satu tingkat dari warna kulit. Bedak padat juga bisa dimanfaatin untuk sentuhan akhir shading, tapi tetep ya… pilih yang punya gradasi warna.

Lipstick

Lho kok lipstick bisa jadi pembeda? sebenarnya yang lebih pas adalah aplikasi lipsticknya. Kalau untuk rias harian satu kali pulasan saja sudah cukup, sedangkan untuk riasan yang lebih serius, rias bibir bisa ditambah menggunakan lipliner, lantas setelh lipstick dipoles lgi dengan lipgloss.

Alis

Untuk make up harian , anda mungkin cukup menyisir bulu alis saja. Tapi untuk riasan serius, gunakan pensil alis dan bisa juga ditambah dengan maskara bening untuk merapikan bulu alis secara tahan lama.

Bulu mata

Nah ini nih, yang paling mencolok. Untuk riasan serius, selalu gunakan bulu mata agar riasan secara keseluruhan dapat tampil natural, nggak kebanting karena bulu mata yang cekak.

Shimmering thing

Bisa pake shimmering powder atau foundation berglitter atau blush on yang shimmering juga bisa. Saya lebih pilih shimmer yang menyatu dengan foundation, lebih aman makenya. Soalnya kalau ga pinter make shimmer, ntar kena blitz kamera malah terkesan mengkilap tak merata. Shimmer kan memantulkan cahaya. Untuk anda yang ingin berdandan dengan kesan habis berjemur (apa ya istilahnya? saya lupa…) boleh tuh pake shimmer dan pilihlah nuansa warna bronze dan kecokelatan.

Intinya itu sih…

Lalu, anda perlu belajar untuk mengaplikasikan warna-warna dari tatarias anda dengan bauran yang halus agar tidak kentara seperti kue lapis ๐Ÿ™‚

Oya, satu trick lagi biar terlihat beda dan lebih fresh, cerahkan bagian bawah mata (itu lho tempatnya lingkaran hitam si panda) dengan concealer yang lebih cerah, ada lho concealer khusus mata. Lalu bisa ditutup dengan bedak padat yang lebih terang atau pake eye shadow matte yang terang –warna putih, krem, atau putih tulang sesuaikan dengan warna kulit aslimu ๐Ÿ˜€

Ayo, ayo.. berlatih lagi…

Jangan capek untuk berlatih yaaaa… ๐Ÿ˜€

No pain, no gain… practice makes perfect, gals ๐Ÿ˜€

Local Wisdom = Ndeso?

Nah… sebenarnya lama sudah saya ingin menulis tentang hal ini…baru terrealisasi sekarang yaa.. tentang local wisdom alias kearifan lokal atau bisa dibilang juga adat istiadat.

Dalam terjemahan bebas saya, adat adalah kebiasaan yang melekat pada suatu masyarakat dan telah mendarah daging menjadi kultur/budaya. Semacam peninggalan nenek moyang, begitu…namun peninggalan yang tidak berwujud barang/bangunan, melainkan sebuah tata nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat yang bersangkutan.

Kebetulan, saya terlahir dalam masyarakat Jawa modern. Mengapa saya sebut modern? Karena pada masa saya tumbuh berkembang, budaya pop modern lah yang semakin berkembang mengikis budaya Jawa itu sendiri. Kalau di daerah saya, hal ini terkait dengan semakin banyaknya warga yang merantau ke luar daerah bahkan ke luar negeri dan ketika mereka kembali, yang terjadi adalah akulturasi budaya besar-besaran.

Banyak kebiasaan masyarakat yang bergeser.

Salah satu yang membuat saya heran setengah mati adalah budaya ibu menyusui.

Yang ngetren sekarang adalah bayi “menyusu” sapi alias minum susu formula, hanya karena prestise berdasarkan harga susu formula. Hmmm…tentunya anda pernah melihat iklan susu formula di tv? Itu lho, banyak yang bilang bisa bikin anak pinter, banyak akal, sehat, percaya diri, dan bla..bla..bla… dan muncul anggapan, semakin mahal susu, semakin manjur khasiatnya (nah lho! emangnya obat?).

Padahal yaa…sejak dulu, para tetua menganjurkan ibu menyusui bayinya sendiri lho, full 2th malahan, nggak pake istilah menyusui eksklusif yang 6 bulan saja itu…

saya sekarang sedang menyusui…

wuiiihh memang berat…apalagi harus sering bangun malam hari, mengikuti jam tidur bayi yang tak tentu, duduk menyusui sampe punggung pegel-pegel, tangan ngilu, peyut laper (habis menyusui langsung kelaperan hihihihi)…

Daaaan…keluarga besar saya termasuk orang Jawa yang ndeso, banyak kali lah aturannya! Saya harus njaga bener-bener itu asupan makanan…nggak boleh ini, nggak boleh itu, harus begini, harus begitu…

  • Wuwung… yang namanya wuwung adalah mandi pagi (lebih tepatnya subuh) byur byur pake air dingin, langsung dari atas kepala sampai ujung kaki, sambil cuci mata. Katanya, tradisi ini melancarkan air susu dan membersihkan mata.
  • Tarak… tarak adalah istilah untuk menjaga makan. Pilih-pilih makanan gitu… sebenarnya bukannya pelit atau apa, tapiย saya sendiri membuktikan, menjaga makanan secara kualitas dan kuantitas, (insyaallah) membuat saya merasa lebih fit. Air susu juga tidak berlebihan.. ah, njaga makan gitu juga masih sering nyembur-nyembur air susunya… banyak yang bilang, nggak perlu kayak gitu
  • Bengkungan… bengkung adalah kata lain untuk stagen, wajib pake stagen kalau saya nggak mau diomelin habis-habisan… katanya sih biar perut saya singset ๐Ÿ˜€ panjangnya 10 meter… hmm tapi sekarang saya juga sudah merasakan manfaatnya lho, padahal perawat dan dokter bilang itu nggak perlu…tapi kayaknya mereka juga ga peduli perut saya jadinya nanti seperti apa.
  • Jamu… nah yang ini nih, banyak yang menentang…takut ini-itu…padahal sekarang banyak digembar-gemborkan untuk hati-hati dan rasional dalam mengkonsumsi obat…dan obat herbal jadi semakin populer. Ibu saya sendiri yg meracik jamu dari toga rumah kami. Hmm..sebuah keterampilan yg ingin saya warisi dari beliau.

Nah… bagi saya, selama saya nyaman dan merasakan manfaatnya, saya kira sah-sah saja… saya nggak peduli disebut ndeso, haahahahaa…

Jadi, sebenarnya, menurut saya, daripada menilai, lebih baik kita pelajari ilmu warisan nenek moyang ini. Saya yakin, ada banyak hal yg tersembunyi di balik simbol-simbol budaya Jawa yg sayangnya sekarang cenderung terabaikan tergilas budaya modern yg semakin menjamur. Padahal, menurut saya (lagi) kearifan lokal merupakan hasil penelitian longitudinal dengan sampel yg sudah tak terhitung jumlahnya, yg dilakukan oleh nenek moyang kita. Somehow, we should apreciate it.
 

 

Keterampilan Intrapersonal untuk Anak: Perlukah??

Keterampilan intrapersonal adalah keterampilan yang harus kita miliki untuk mampu mengelola diri sendiri, berupa nilai-nilai yang kita miliki untuk dapat berkembang menjadi pribadi yang sehat secara mental-psikologis. Keterampilan ini dapat dilatihkan dan ditingkatkan. Seperti pepatah, โ€œtak kenal maka tak sayangโ€™, demikian pula yang terjadi pada diri kita. Maka dari itu, sangatlah perlu untuk mengembangkan keterampilan intrapersonal sebelum kita belajar untuk mengenal dan menyayangi segala sesuatu yang di luar diri kita, termasuk di dalamnya adalah orang-orang di sekitar kita (interpersonal).

Kami merangkum 8 nilai yang perlu dikembangkan untuk mendukung keterampilan interpersonal:

Konsep Diri

Konsep diri itu apa sih? Sebenarnya, gampangnya kita menyebut konsep diri adalah bagaimana kita mengenal diri kita sendiri. Siapa sih kita? Untuk anak-anak, konsep diri yang paling sederhana diawali dengan mengetahui namanya, nama orang tua, dan nama anggota keluarga yang lain. Selanjutnya, pengetahuan ini meningkat dengan mengetahui informasi-informasi lain yang melekat pada dirinya. Seiring bertambahnya usia, anak mulai mengenali hal-hal yang abstrak, seperti bagaimana sifatnya, seperti apa perilakunya, bagaimana ia ketika berada di antara orang banyak, hal-hal apa yang membuatnya senang dan sebaliknya, bagaimana reaksinya terhadap sesuatu, dan seterusnya. Konsep diri yang baik membantu anak untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi dewasa yang baik pula. Dalam hal ini, yang disebut baik adalah sehat secara mental. Seorang anak dapat menjadi anak yang pemalu atau sebaliknya, menjadi anak yang penuh percaya diri tergantung pada bagaimana ia mengenali dirinya. Tentu saja, perlu dukungan dari lingkungan terutama keluarga untuk menumbuhkan konsep diri yang baik pada anak.

Komitmen dan Keteguhan Hati

Komitmen membuat kita bertahan dalam mencapai cita-cita kita, pekerjaan kita, dan hubungan kita dengan orang lain. Komitmen merupakan janji yang kita pegang teguh terhadap keyakinan kita dan membuat kita mampu memberi dukungan serta sikap setia pada keluarga atau teman kita. Keteguhan hati membuat kita menjadi pribadi yang mempunyai prinsip, tidak mudah dihasut atau dipengaruhi, dan membuat kita teguh dalam mencapai cita-cita.

Siapa bilang komitmen adalah milik orang dewasa? Anak-anak pun perlu belajar berkomitmen dan memegang teguh sebuah komitmen. Pernahkah orangtua anda dahulu berkata, โ€œAyo, makannya dihabiskan ya.. nanti kalau nggak habis ayammu mati.โ€ Kalimat tersebut merupakan salah satu cara orangtua mengajarkan nilai komitmen pada anak, yaitu bahwa anak harus menghabiskan makan karena ia berkomitmen pada hal itu. Menghabiskan makan adalah tujuan yang harus ia capai dan ia harus berupaya semampunya untuk mencapai tujuan tersebut. Terkadang orangtua jaman sekarang sering menyepelekan hal ini dengan memberikan toleransi anak untuk tidak menghabiskan makannya. Tanpa disadari, orangtua menanamkan nilai pada anak bahwa anak boleh tidak menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Maka jangan heran jika sekarang anda sering menemui anak yang menyisakan makanan, lekas bosan dengan mainannya, mudah mengambek, atau mudah teralihkan perhatiannya. Semua ini bisa jadi karena ia tidak merasa โ€terikatโ€ dengan apa yang sedang ia lakukan atau apa yang menjadi tugasnya. Tidak ada keteguhan hati untuk menyelesaikan semua rintangan.

Keteguhan hati sangat erat kaitannya dengan kesabaran. Bersabar adalah sikap yang kita tunjukkan ketika kita mampu menangani kelambatan, halangan, masalah ketika kita mencapai cita-cita atau tujuan. Dan perlu ditekankan pada anak, bahwa kesabaran akan berbuah manis. Ada perasaan lega, berharga, puas ketika anak berhasil memegang komitmen, berteguh hati dan bersabar dalam mencapai tujuannya. Misalnya: menabung untuk membeli peralatan sekolah yang baru atau belajar giat sebelum ujian yang akan membuahkan nilai bagus.

Tangguh Menghadapi Situasi Stressย  ย ย 

Sebagian besar dari kita memaknai stress sebagai sesuatu hal yang tidak menyenangkan. Pendapat tersebut 50% benar, karena memang ada stress yang sifatnya menekan dan membuat tidak nyaman. Stress adalah situasi kondisi saat orang merasa tidak nyaman dan memunculkan emosi-emosi negatif. Stress jenis ini disebut distress. Meski demikian, ada juga stress yang bersifat membangun, yaitu stress yang memacu individu untuk berjuang dan berusaha lebih baik lagi. Stress jenis ini disebut eustress. Bagaimanapun juga, cara menghadapi stress sangat tergantung pada masing-masing individu, apakah ia akan menyikapi situasi atau kondisi tidak menyenangkan tersebut sebagai distress ataukah eutress.

Apakah anak bisa mengalami stress? Tentu saja bisa. Seperti halnya orang dewasa, anak juga rentan mengalami stress jika ia tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi stress dalam kehidupannya sehari-hari. Hal yang tampaknya sepele bagi orang dewasa dapat merupakan pemicu stress pada anak, misalnya telat berangkat sekolah, lupa mengerjakan pekerjaan rumah, diolok-olok teman, bertengkar dengan saudara kandung (sibling), dan lain sebagainya. Anak yang tangguh dapat โ€dibentukโ€ sejak kecil. Salah satunya dengan menumbuhkan keyakinan bahwa dia dapat mengatasi permasalahan dalam hidupnya dimulai dengan hal-hal yang kecil, misalnya mampu menerima bila kondisi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, mengalami kekecewaan, menerima kekalahan dengan lapang dada dan sebagainya. Anak juga dapat dilatih untuk mengembangkan sudut pandang positif terhadap suatu peristiwa dan memaknainya sebagai eustres yang membangun.

Reaksi masing-masing orang terhadap stress sangat beragam. Meski demikian, kita dapat dengan mudah menandai saat kita mengalami stress dengan memperhatikan reaksi fisiologis tubuh kita. Coba anda ingat, apa yang anda rasakan ketika anda hendak menjalani wawancara kerja? Detak jantung meningkat, berkeringat dingin, perut mulas? Coba anda ingat kembali ketika anda masih kecil, bagaimana anda sulit tidur ketika mengetahui keesokan harinya anda akan pergi berwisata bersama teman-teman? Reaksi fisiologis, termasuk sulit tidur, adalah beberapa penanda bila kita sedang menghadapi situasi atau kondisi yang menegangkan atau membuat kita tidak nyaman. Selanjutnya, barulah kita mereaksi stress sesuai dengan hal yang kita hadapi. Hal ini disebut coping. Ada 2 macam coping yang umum diketahui, yaitu emotion focused coping (coping yang terfokus pada penyaluran emosi negatif saat stress) dan problem focused coping (coping yang terfokus pada penanganan masalah penyebab stress).

Berani

Sikap berani memungkinkan kita menghadapi bermacam kesulitan, bahaya, atau rasa sakit dengan cara-cara yang membuat kita dapat mengendalikan situasi. Kita dapat membangun sikap berani dengan mengenali sesuatu yang menakutkan atau sesuatu yang menantang kita untuk kemudian memikirkan strategi yang tepat untuk menghadapinya.

Semua orang tentunya pernah mengalami takut. Meski demikian, rasa takut dapat dikelola menjadi motivator untuk bergerak. Seperti halnya stress, rasa takut seringkali menjadi alasan untuk kita menghindari situasi atau kondisi pemicunya. Misalnya: anak yang mengaku takut pada ulat akan cenderung menghindari bermain di rerumputan. Padahal, justru ketakutan itu menghambatnya mengeksplorasi lingkungan. Maka dari itu, keberanian perlu ditanamkan pada anak sedini mungkin, dimulai dari keberanian menghadapi ketakutan yang bersifat konkret, seperti: takut ulat atau ular, takut gelap, takut badut, dan sebagainya, hingga ketakutan yang bersifat abstrak, seperti: takut ditinggalkan, takut gagal, takut ditolak, dan sebagainya. Tumbuhnya keberanian juga merupakan bekal tumbuhnya kepercayaan diri anak, karena dengan keberanian anak semakin yakin terhadap dirinya.

Mengatur waktu

Pernahkah anda menemui anak yang sulit sekali diminta untuk mandi sore, padahal hari sudah petang? Atau anda sendiri dulu juga seperti itu? Apakah perilaku malas mandi atau menunda mandi itu terbawa hingga dewasa? Perilaku tersebut adalah salah satu contoh kecil dari ketidakmampuan mengatur waktu. Kita akan dengan mudah mengabaikan jadwal karena beranggapan bahwa jadwal boleh saja dilanggar, sehingga kita menjadi tidak disiplin pada diri sendiri.

Mengenalkan rutinitas pada anak sangat baik untuk melatihnya menghargai waktu sekaligus melatihkan kedisiplinan dan tanggung jawab. Rutinitas sehari-hari yang terencana dengan baik akan membantu anak untuk belajar berpikir runtut dan terpola. Berbeda dengan anak yang tidak terbiasa dengan rutinitas, ia akan cenderung mengalami kesulitan untuk fokus karena mengalami kebingungan. Selanjutnya, ia akan cenderung sulit mengambil keputusan dan cenderung sulit mengambil peran sebagai pemimpin.

Lantas muncul pertanyaan, โ€œapakah semua harus serba teratur? Tidak bolehkan ada waktu santai dan bermalas-malasan?โ€ Tentu saja setiap orang berhak atas waktu santai (leisure time), namun demikian, untuk berhak menikmati waktu santai ia harus terlebih dahulu memahami bahwa ada waktu-waktu lain untuk bekerja, belajar, istirahat, dan seterusnya. Ia harus memahami bahwa tidak sepanjang waktu dapat ia habiskan untuk bersantai. Nah, pemahaman inilah yang perlu ditanamkan pada anak sedini mungkin melalui latihan memiliki rutinitas harian. Anak dapat mengatur waktu yang ia miliki sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan usianya, serta bertanggung jawab atas jadwal yang telah ia susun sendiri.

Kejujuran dan integritas

Nilai kejujuran dan integritas pribadi boleh jadi semakin langka saat ini. Seperti pameo bahasa Jawa, โ€œYen jujur malah ajurโ€ yang berarti jika jujur justru malah hancur. Kita telah bersikap jujur ketika kita berbicara sesuai kenyataan, tidak berbohong, dan telah memperlakukan orang lain secara adil. Sulitnya bersikap jujur saat ini karena orang-orang di sekitar kita seringkali tidak mendukung kita untuk jujur. Maka dari itu diperlukan integritas pribadi untuk tetap bertahan pada nilai kejujuran yang diyakini. Anda pernah menonton film Forrest Gump yang dibintangi oleh Tom Hanks? Tokoh Gump adalah contoh pribadi yang jujur dan terintegrasi, meski demikian, tantangan baginya adalah bahwa ia seringkali dianggap sebagai orang yang tolol.

Kita mempunyai integritas ketika kita jujur pada diri kita sendiri dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral kita sendiri. Contoh kejujuran pada diri sendiri:

  1. Melakukan sesuatu karena benar-benar menyukainya, bukan untuk mencari muka/mencari perhatian/ ingin dipuji.
  2. Ada kesamaan antara apa yang dipikirkan dengan apa yang dikatakan/dilakukan.
  3. Tidak berpura-pura agar terlihat hebat.

Apakah kejujuran dan integritas ini penting? Mengapa demikian? Kejujuran dan integritas kita perlukan karena sesungguhnya hati nurani kita mengetahui setiap kali kita berbohong. Tidak memiliki integritas pribadi sama halnya dengan berbohong pada diri sendiri dan itu artinya kita menyangkal konsep diri kita yang sesungguhnya dan menampilkan topeng untuk menutupinya. Mekanisme penyangkalan ini dalam jangka panjang akan berakibat pada kondisi mental kita, yang menjadi penuh kepura-puraan.

ย 

Keyakinan Diri

Keyakinan diri adalah keterampilan hidup (lifeskill) yang perlu dimiliki. Orang dengan keyakinan diri yang rendah akan mudah terpengaruh oleh lingkungan, tidak memiliki keteguhan hati dan mudah terlibat dalam berbagai masalah. Orang dengan keyakinan diri tinggi akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, memiliki keberanian untuk mengambil keputusan, dan mampu mengambil peran sebagai pemimpin jika dibutuhkan.

Keyakinan diri juga akan mendorong kepercayaan diri. Pada anak-anak, hal ini tentunya sangat positif untuk mendukung prestasinya. Hal ini akan mengembangkan rasa bangga pada diri sendiri. Rasa bangga adalah perasaan yang kita miliki untuk menghargai diri sendiri. Kebanggaan merupakan rasa senang yang kita rasakan ketika kita menyelesaikan tugas yang menantang, mampu menyelesaikan masalah, mencapai tujuan yang sulit, atau berhasil mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dengan cara yang baik.

Rasa bangga terkait dengan perjuangan dan pencapaian/prestasi. Apa yang mudah bagi kita, kita akan menerimanya dengan biasa-biasa saja. Apa yang kita dapatkan dengan perjuangan, seringkali membuat kita puas, dan itulah yang memicu rasa bangga. Rasa bangga sering menjadi bahan bakar motivasi dalam diri. Bangga atas hasil kerja kita mendorong kita untuk menjadi produktif dan berusaha keras untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri kita.

Kepercayaan Diri

Seringkali muncul konotasi negatif dari frase kata kepercayaan diri yang berkembang dalam dunia anak dan remaja, yaitu narsis. Akibatnya muncul kesan negatif pula ketika seorang anak/remaja disebut percaya diri. Dua konsep ini perlu kita bedakan karena memang maknanya jauh berbeda. Narsis atau narsisme adalah suatu konsep kecintaan yang berlebih pada diri sendiri sehingga penilaian terhadap diri menjadi subjektif, bersikap arogan dan sombong, serta cenderung agresif dalam pergaulan. Hal ini sangat berbeda dengan konsep percaya diri yang didukung dengan keyakinan diri serta rasa bangga pada diri sendiri, yang membuat anak/remaja tangguh dalam kehidupannya, mampu beradaptasi dalam lingkungan sosial, bersikap asertif, objektif, serta terintegrasi.

Anak atau remaja yang percaya diri tidak harus selalu tampil di depan, namun demikian ia memiliki keyakinan untuk dapat mengerjakan tugas dan menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik. Percaya diri dapat diartikan tidak minder, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, mampu memegang komitmen, serta mandiri. Mandiri adalah mampu memenuhi kebutuhan kita sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Seiring pertambahan usia, tolok ukur kemandirian juga semakin meningkat.

Percaya diri membuat kita dapat menentukan jalan hidup kita sendiri, menentukan pilihan, dan membuat keputusan sendiri. Percaya diri menghindarkan kita dari sikap ragu-ragu. Sikap percaya diri perlu dipupuk sejak dini karena akan mendukung tugas perkembangan pada tahun-tahun berikutnya.

***

Tertarik untuk berdiskusi tentang topik ini? Bergabunglah dengan kami diย http://edictionworld.com

Hmmm…proyek terbaru saya bersama seorang kawan lama saya, Bung Adjie Sylarus, semoga bermanfaat buat kita semua yaaaa… ๐Ÿ˜€

well, i’m so excited with my new job…heheehe…mencoba peruntungan sebagai penulis juga nih :D. Karena masih berkaitan dengan dunia psikologi, mungkin ini lah salah satu wadah saya mengaktualisasi diri tanpa meninggalkan rumah ๐Ÿ˜€ –maunya di rumah terus sama Kiddo.

So, let’s join us, people…and make life better ๐Ÿ˜€