Menilik Telekonseling sebagai Alternatif Moda Layanan Psikologis bagi Mahasiswa di Negeri Orang

Mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di negara lain terpapar dengan berbagai tantangan pada kondisi kesehatan mentalnya. Proses menyesuaikan diri dengan budaya, bahasa, dan norma-norma sosial yang baru bisa sangat melelahkan dan menyebabkan perasaan disorientasi, kesepian, dan isolasi. Hal ini dapat meningkatkan perasaan homesick yang cukup mengganggu. Tekanan akademis, seperti ekspektasi akademis yang tinggi, tantangan terkait bahasa dalam tugas perkuliahan, dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan sistem pendidikan yang berbeda, juga dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Belum lagi tantangan yang muncul dari sisi keluarga, finansial, juga relasi sosial. Layanan kesehatan mental di negara tempat bermukim tentu tersedia, namun pada umumnya, berkomunikasi menggunakan bahasa ibu terasa lebih menyamankan. Dalam situasi seperti itu, telekonseling dapat menjadi pilihan.

Continue reading “Menilik Telekonseling sebagai Alternatif Moda Layanan Psikologis bagi Mahasiswa di Negeri Orang”

Momen-momen Terindah

Salah satu hal yang saya syukuri selama tahun 2020 adalah saya punya lebih banyak waktu bersama dengan si bocah dan kucing-kucing kami. Meskipun sekitar bulan April, saya kehilangan Tiramisu, hingga kini saya masih bersama Cheese, Oreo, dan Blackpepper. Pengalaman ini adalah pengalaman terbaik yang saya miliki sepanjang hidup saya memelihara kucing karena kali ini adalah pengalaman pertama saya mengasuh bayi kitten dari lahir hingga berusia lebih dari 1,5 tahun! Dan ada 3 ekor!

Saya bersyukur memiliki mereka di masa Corona ini.

Akhir Tahun

Ternyata, selama tahun 2020, saya tidak sekalipun menuangkan isi pikiran saya di blog ini.

Ngapain aja ya saya, selama ini?

Januari.

Saya masih ikut proyek menulis #30haribercerita di Instagram. Tentunya, tidak banyak yang bisa membaca (belum tentu mau baca juga sih wkwkkw) karena IG-nya digembok. Namun demikian, lumayan lah menjadi media katarsis tipis-tipis.

Februari.

Sibuk dengan kegiatan di Universitas. Dharma Bakti Kampus. Catch up beberapa agenda perkuliahan di semester genap (as usual). Melanjutkan program sebagai mentor di Tanoto Foundation.

Maret.

Coronavirus hit the country! Rencana kepergian ke Malaysia batal total. Tapi, saya bersyukur karena pembatalan tersebut, saya memiliki waktu seminggu untuk mempersiapkan kelas daring. Semampu saya waktu itu. Selain itu, saya harus dealing dengan homeschooling dadakan si bocah. Sekolahnya juga ditutp karena Corona!

April.

Menjadi youtuber dadakan. Hampir setiap hari memproduksi video. Rekaman dari power point slides sih, yang dikasih suara penjelasan saya. Jangan dikira video gimana yg bagus-bagus gitu ya… Upload ke YT dengan harapan mahasiswa dapat lebih mudah mengakses.

Mei.

Akhir semester genap. UTS ditiadakan. UAS dimajukan. Woaa agak kelimpungan di sana-sini karena harus memangkas materi sesuai ketersediaan waktu. Mengejar semua selesai sebelum Lebaran. Pertama kali seumur hidup merayakan Lebaran Idul Fitri tanpa orang tua.

Juni.

Ulang tahun! Mulai kejar tayang menyiapkan materi PPSMB soft skills. Mengkonsep materi. Membaca. Menyusun materi satu persatu dari nol. Rapat koordinasi sana-sini. Workshop. Semua dilakukan secara daring. Kemudian, dilanjutkan dengan syuting video (nah yang ini bagus videonya wkwkw) dan ambil rekaman suara. Satu per satu, yang banyak itu dikerjakan hingga selesai.

Juli.

Seleksi mahasiswa S2. Saya? Tentu saja menjadi seksi ribet bin ribet. Bikin soal, rubrik wawancara, rubrik kasus… koordinasi calon interviewer…koordinasi korektor kasus…sambil sendirinya juga menjalani peran sebagai interviewer dan korektor kasus. Hhahaaha seperti double agent? Sambil juga mulai meraba, kuliah semester depan seperti apa??

Agustus.

WOW. Disinilah awal mula cerita kehidupan baru saya. Bertemu dengan stranger yang kemudian berlanjut ke sebuah babak baru. Dilamar! Sebagai istri (ya iyalah!). Sebuah fakta yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi di tahun 2020. Dan ya, itu terjadi di akhir Agustus. Dua minggu setelah pertemuan kami di pertengahannya.

September.

Puncak dari segara keribetan di tahun ini (?) Sepertinya begitu. Mendaftarkan dokumen pernikahan. PPSMB. Persiapan perkuliahan semester gasal (peran koordinator terasa ribetnya). Dan…pernikahan itu sendiri. Terlaksana pada tanggal 25 September 2020 dengan sederhana dan apa adanya, namun bermakna. I finally found my other half!

Oktober.

Awal Oktober masih merupakan masa bulan madu kami, yang kami habiskan dengan berkunjung ke keluarga jauh yang tinggal di Lombok. Pengalaman pertama bagi saya berkunjung ke pulau itu. Bersyukur karenanya. Terasa recharged. Sebelum kemudian kembali ke kehidupan nyata… roda pun terus berputar di porosnya.

November.

Awal November, saya lalui seorang diri. Me time. Hanya beberapa hari kok. Long week end waktu itu. Saya bersyukur memiliki waktu sendiri untuk menyiapkan jatah saya mulai mengajar di beberapa kelas yang sebelum UTS dikelola dulu oleh partner mengajar saya karena saya minta ijin untuk menikah. Well, sebenarnya pun saya tidak lepas tangan sepenuhnya ya. Selama masa sebelum UTS itupun saya tetap mengelola beberapa kelas yang saya ampu sendirian. Dan saya pun tetap berkontribusi pada rekan yang sedang bertugas waktu itu. Saya masih merasa ga nyaman kalau disinggung bahwa pernikahan saya yang tiba-tiba itu membuat saya lalai dengan tanggung jawab yang harus saya tuntaskan. Akhir November adalah masa ribet pengumpulan laporan kegiatan, bukti-bukti pengajuan hibah dan lain-lain yang harus segera dilakukan sebelum tutup tahun. Saya merasa lega. So far, saya menuntaskan semua.

Desember.

Ya. Saya berupaya untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dan juga peran sebagai guru pengganti dari si bocah yang turut school from home akibat Corona. Tidak mudah. Saya sering menangis. Saya sering mengeluh pada suami saya, betapa beratnya hal yang harus saya kerjakan. Saya bersyukur, saya bersama dengan seseorang yang sangat baik dan suportif. Beberapa kali kami meluangkan waktu pergi ke beberapa kota atau sesekali staycation di sini-sini saja. Dia bilang, saya butuh suasana.

Dan…

Sampailah saya pada hari ini.

Hari dimana saya meringkas semua pengalaman di tahun 2020 dalam sebuah tulisan acak, demi agar saya punya postingan bertuliskan angka 2020 di dalamnya.

Tujuan (Surat untuk Bapak)

Dear Bapak,

Bagaimana kabar Bapak hari ini? Apakah bapak sehat disana? Bapak dimana sekarang?

Pak, kata “tujuan” itu yg selalu bapak sampaikan kepada saya ketika saya mulai bersedih atas apapun yg terjadi dalam keseharian saya. Bapak mengingatkan agar saya mempunyai tujuan. Fokus. Prioritas. Sesuatu yg lebih penting dari lainnya sehingga akan saya lakukan mati-matian. Begitu kan pak?

Bolehkah saya bilang saya tidak tahan lagi dengan semua ini?

Continue reading “Tujuan (Surat untuk Bapak)”

Teka-teki

Hidup adalah teka-teki ya, Kawan..

Seperti aku yang tidak pernah bisa menebak cerita hidupku akan berlanjut seperti apa hari ini. Kau tahu, aku mulai setuju dengan komentar seorang kawan saat membaca tulisanku disini. Dia berkata, “Kamu terlalu lugas menyampaikan isi pikiran dan perasaanmu. No surprise.” Well, lantas aku harus bagaimana? Berpura-pura? Aku tidak suka berpura-pura. Tapi ya, aku pun malu mengakui betapa tulisan-tulisanku setahun lalu terlalu memujamu. Apakah aku benar begitu?

Continue reading “Teka-teki”

Littlest Things

Sometimes I find myself sittin’ back and reminiscing
Especially when I have to watch other people kissin’
And I remember when you started callin’ me your miss’s
All the play fightin’, all the flirtatious disses
I’d tell you sad stories about my childhood

I don’t know why I trusted you but I knew that I could

We’d spend the whole weekend lying in our own dirt
I was just so happy in your boxers and your t-shirt

Continue reading “Littlest Things”

Sand Play Therapy

PicsArt_04-05-06.29.09

Pernah dengar tentang Sand Play Therapy?

Nah, pada hari Selasa, 3 April 2018 lalu, saya beruntung bertemu pakar terapi ini. Beliau datang dari Hawaii untuk berbagi ilmu. Beliau adalah Bu Lorraine Freedle, PhD.

Nah, saya bertugas untuk mengurus segala sesuatunya untuk persiapan acara kuliah umum tersebut. Rasanya memang berat pada prosesnya, namun setelah semua terlaksana….rasanya lega. Yaaaah kalau mau diliat kekurangannya, pasti ada aja ya.. tapi memilih untuk menyikapi semua itu dengan kacamata positif. Demi sebuah proses pembelajaran.

Bu Lorraine menjelaskan kaitan antara teori Psikologi dalam yang dalam hal ini menggunakan teori Jungian.