She

PicsArt_03-18-11.08.24.png

She may be the face I can’t forget

The trace of pleasure or regret
May be my treasure or the price I have to pay
She may be the song that summer sings
Maybe the chill that autumn brings
Maybe a hundred different things
Within the measure of a day

Continue reading “She”

Being make up artist for your own? Why not?

Hmmm… sebenarnya artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan sahabat saya, Tiwi beberapa hari yang lalu…

Dia berencana untuk berdandan sendiri pada saat hari besarnya nanti… *pssst, katanya ini masih rahasia, jadi saya nggak berani nyebutin. off the record ya..hihihiii…

Lantas, sebenarnya apa sih yang harus dipersiapkan? Ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya sendiri sewaktu mendandani diri sendiri saat hari pernikahan saya 🙂 Oke, mari kita cek satu persatu…

  1. SKill >> ya eyaaaaalaah,harus punya skill untuk merias. I believe skill can be learned, jadi nggak usah kawatir bagi yang merasa nggak bisa, bisa belajar kok! Kuncinya, pantang menyerah untuk mencoba.
  2. Alat make up >> kalau nggak punya bisa minjem juga sih sebenarnya, tapi alangkah lebih nyamannya bila kita berdandan dengan menggunakan perlengkapan milik kita sendiri. So, check out your stuff first! Apa aja yang perlu dimiliki? Baca artikel saya tentang rias mata dan tata rias dasar yaaa 🙂
  3. Konsep >> Mau pernikahan yang seperti apa? Baju warna apa? Dekorasinya bagaimana? HArus dipikirkan secara mendetail, jangan sampai salah penempatannya… diskusi dengan pasangan mungkin akan sangat membantu 🙂
  4. Gutts >> harus punya nyali euy!! Nanti pasti akan ada komentar berdatangan, entah itu komentar yang berupa pujian maupun cacian (hihihihi seram ah!). Harus pede dengan hasil karya sendiri yaa.. tapi sebelum itu, jangan menyerah untuk belajar 🙂

Trus apa lagi yaaaa…

Ayo Wi, mau nanya apa? hihihiiiihi…

Tentang special trick seperti shading, pemakaian bulu mata, pembentukan alis memang perlu ekstra latihan yaaa..karena harus pinter menyesuaikan karakter wajah dengan konsep acara, makanya saya tekankan untuk mem-fix-kan (bahasa Indonesianya apa sih? T.T) dulu konsep acara akan seperti apa, sehingga bisa menentukan gaya riasan yang bagaimana.

Shading diperlukan sebagai make-up koreksi. Jadi sebelum melakukan trik ini, cermati dulu wajahmu… apa yang perlu dikoreksi? pipi yang terlalu chubby atau sebaliknya, terlalu tirus? Wajah non-oval? hidung yang kurang proporsional dengan bagian wajah yang lain? trik akan disesuaikan dengan kontur wajah. Yang perlu disiapkan adalah fondation beragam warna, minimal 3 warna, satu tingkat lebih muda, senada warna kulit, dan setingkat lebih tua/gelap. Lalu eyeshadow matte (nggak pake bling-bling) dalam gradasi warn cokelat, dari yang muda sampa gelap, disesuaikan dengan kebutuhan.Lalu harus disiapkan juga peralatannya, berupa kuas dan spons.

Bulu mata diperlukan agar tampilan wajah bermakeup lebih hidup, selain untuk mengoreksi bulu mata yang pendek atau yang lurus/tidak lentik. Ada macam-macam bentuk bulu mata, nah ini juga sesuaikandengan konsep acaranya yaaa… jangan lah pakai bulu mata dengan bentuk yang extravaganza kalau untuk acara keluarga yang santai… ntar dikira mau ikutan pawai 17-an.

Bentuk alis. Jika tidak mau dicukur, it’s okay. Disikat aja, dirapikan dengan sikat khusus alis dan pakaikan maskara bening agar rapinya awet. Sepertinya saya sudah menuliskan beberapa trik di artikel Through Your Eyes 🙂 Cekidot dah!

So,selamat mencoba-coba…

Jangan menyerah untuk belajar.

Catatan: Btw, untuk konsultasi lebih detail, nanti kalau segala sesuatunya juga sudah kau detailkan ya Wi 🙂 Good luck!

Make Up for Party Event

Kemarin critanya ini saya habis kondangan. Adik ipar saya menikah dan ini kali pertama saya dandan serius lagi setelah beberapa bulan. Hmmm…bisa dijadikan bahan evaluasi nih, pikir saya.

Nuansa warna kebaya yang saya kenakan adalah peach-cokelat. Sebagaimana sebelumnya, riasan favorit saya adalah smokey eye, kali ini saya tambahi warna peach tua keunguan (hadeehh, gimana ya warnanya?) yang merupakan hasil perbauran warna.

Saya nggak nyangka lho, setelah melahirkan wajah saya berubah…iya nggak sih?? hahahhaa… yang jelas saya merasa ini bibir kok makin jontor ya? 😀

Pilihan warna saya standar aja, dengan bluch on dan lipstick bernuansa nude. Menurut saya, bibir saya terlihat jontor adalah karena lipsticknya deh. Saya pilih warna lipstick cokelat muda berglitter dan saya mengaplikasikan lipstick tersebut langsung dari tube-nya, enggak pake kuas lipstick. Warning nih, buat pemilik bibir yang sekseh seperti saya (dieeeeng!!), berhati-hati lah dengan lipstick berglitter dan lipgloss, karena salah pengaplikasian akan menyebabkan bibir anda jontor 🙂

Kesalahan saya (lagi) kemarin adalah tidak cuci muka pake air sebelum mulai berdandan. Tekstur kulit cenderung kering seperti punya saya ini sepertinya terus-menerus merasa haus…rasanya tidak nyaman kalau nggak cuci muka dulu, hasilnya juga riasan dasar saya cenderung terkesan kasar. Paling nyaman adalah mengkompres wajah dengan air dingin/air es sebelum memoleskan pelembab 🙂

Yang saya sukai dari riasan saya kemarin adalah bagian bawah mata yang sengaja saya cerahkan menggunakan bedak padat warna terang plus eye shadow berwarna putih tulang. Hasilnya, mata saya benar-benar hidup! Bayangkan saja, selama tiga bulan terakhir saya nyaris tidak pernah tidur lelap karena harus sering bangun untuk menyusui, dan lagi saya dilarang keras untuk tidur pagi. Mata saya sudah seperti mata panda 😦

Saya memilih eyeliner warna cokelat untuk membingkai mata dan sedikit warna ungu di sudut mata bagian dalam, untuk memberi efek cerah. Yang paling sulit adalah memasang bulu mata palsu 😦 butuh waktu 1/2 jam… Hmmm…saya memang jarang masang bulu mata untuk mata saya sendiri…untung bisa nempel.

Hmm..apalagi ya yang bisa direview?

Oyaa, yang jelas saya terlihat tambah langsing lho! Bukan hanya kelihatannya aja, tapi memang sudah turun lagi berat badannya… terakhir pas hamil BB 81kg, sekarang sudah 70kg! Hebat…menyusui memang diet paling oye! 😀

Oya, yang agak ribet juga kemarin itu masang jilbabnya ini nih… saya belum pernah ribet masang jilbab sendiri, sebelumnya sih make yang gampang-gampang…butuh waktu lebih dari 1/2 jam kayaknya masang jilbab ini. Untung hasilnya nggak malu-maluin 🙂 yah, bisa dibilang sakses lah ya 🙂 Emang lebih gampang masangin ke orang lain dari pada masangin ke diri sendiri.

Nah, begitulah…

Silakan mengambil informasi yang menurut anda bermanfaat dan abaikan yang menurut anda tidak bermanfaat untuk anda.

Happy reading, people!

Camera Face

Nampang di depan kamera? Sudah menjadi hobi ya? Hahahahaa… kemarin ada teman saya yang nanya, gimana tuh make up yang oke buat nampang di depan kamera, biar keliatan kalo lagi make up-an gitu…

Nah, sekarang kita coba belajar yuk, ngebedain make up biasa sama make up untuk nampang di depan kamera…

Kali ini modelnya saya aja yah…saya ambilkan dari foto-foto lama…

Nah, kalau dilihat sekilas, saya tampak tidak ber-make up ya? Saya pake make up lho ini hehehheee…

bandingkan dengan foto yang satu ini…

dewiw3

Kedua foto ini bedanya apa ya? hahahaha…agak nggak jelas juga, tapi mari kita bahas bersama…

Foto kedua ini untuk setting kondangan, jadi make-up lebih tebel buat jaga-jaga ntar foto sama si manten, biar nggak kebanting gitu sama mantennya yang so pasti dandan (abis-abisan, wkwkwkw). Perbedaannya terletak pada:

Foundation

Foundation untuk make sehari-hari, lebih natural kalau kita make foundation cair atau krim ringan (mousse), sedangkan untuk make-up yang lebih serius, kita bisa make foundation padat –semacam concealer– dulu lalu ditutup dengan foundation cair untuk menghaluskan tekstur kulit wajah. Kita juga bisa pake foundation krim.

Shading

Shading yaitu teknik untuk membentuk bayang-bayang di wajah untuk menutupi kekurangan di wajah kita, misalnya untuk “mancungin” hidung, “nonjolin” tulang pipi, atau bikin tirus pipi yang chubby. Shading bisa dibuat menggunakan concealer, alas bedak, atau bisa juga pake blush-on dan eye shadow tinggal pilih warna yang mendekati warna kulit, warna yang lebih gelap satu tingkat, dan warna yang lebih terang satu tingkat dari warna kulit. Bedak padat juga bisa dimanfaatin untuk sentuhan akhir shading, tapi tetep ya… pilih yang punya gradasi warna.

Lipstick

Lho kok lipstick bisa jadi pembeda? sebenarnya yang lebih pas adalah aplikasi lipsticknya. Kalau untuk rias harian satu kali pulasan saja sudah cukup, sedangkan untuk riasan yang lebih serius, rias bibir bisa ditambah menggunakan lipliner, lantas setelh lipstick dipoles lgi dengan lipgloss.

Alis

Untuk make up harian , anda mungkin cukup menyisir bulu alis saja. Tapi untuk riasan serius, gunakan pensil alis dan bisa juga ditambah dengan maskara bening untuk merapikan bulu alis secara tahan lama.

Bulu mata

Nah ini nih, yang paling mencolok. Untuk riasan serius, selalu gunakan bulu mata agar riasan secara keseluruhan dapat tampil natural, nggak kebanting karena bulu mata yang cekak.

Shimmering thing

Bisa pake shimmering powder atau foundation berglitter atau blush on yang shimmering juga bisa. Saya lebih pilih shimmer yang menyatu dengan foundation, lebih aman makenya. Soalnya kalau ga pinter make shimmer, ntar kena blitz kamera malah terkesan mengkilap tak merata. Shimmer kan memantulkan cahaya. Untuk anda yang ingin berdandan dengan kesan habis berjemur (apa ya istilahnya? saya lupa…) boleh tuh pake shimmer dan pilihlah nuansa warna bronze dan kecokelatan.

Intinya itu sih…

Lalu, anda perlu belajar untuk mengaplikasikan warna-warna dari tatarias anda dengan bauran yang halus agar tidak kentara seperti kue lapis 🙂

Oya, satu trick lagi biar terlihat beda dan lebih fresh, cerahkan bagian bawah mata (itu lho tempatnya lingkaran hitam si panda) dengan concealer yang lebih cerah, ada lho concealer khusus mata. Lalu bisa ditutup dengan bedak padat yang lebih terang atau pake eye shadow matte yang terang –warna putih, krem, atau putih tulang sesuaikan dengan warna kulit aslimu 😀

Ayo, ayo.. berlatih lagi…

Jangan capek untuk berlatih yaaaa… 😀

No pain, no gain… practice makes perfect, gals 😀

Riasan Sederhana untuk ke Gereja

Ini adalah foto klien sebelum dirias…

Kegiatan rias-merias dilakukan sehubungan dengan rencana klien saya yang terlibat dalam acara keagamaan yang diadakan di gerejanya.

Saya beruntung, klien saya ini orangnya ekspresif, jadinya saya bisa dapet foto yang cihuy-uhuy 😀

Oiya, itu rambut pirang yang keliatan nglewer bukan rambut dia oh, itu hairpiece yang iseng saya sisipkan ke rambutnya. Namanya juga iseng, biar keliatan beda aja Tapi pas acara sebenarnya, itu hairpiece saya copot kok…hahahaha, daripada ntar doi dikira preman nyasar, tiba-tiba punya highlight pirang begitu…

Coba tengoklah pilihan warna yang saya ambil…

Untuk perona pipi dan lipstik, saya pilih warna yang senada yaitu nude bernuansa oranye, terkesan ringan dan tidak terlalu “berat” atau menor. Secara ini kan buat acara keagamaan gitu…

Jadi kembali lagi, fokusnya adalah MATA

Klien saya bersedia untuk dirapihkan bulu alisnya, sehingga saya cukurlah si bulu itu dan “melukis” alisnya sesuai dengan karakter wajahnya… lalu saya tegaskan dengan pensil alis berwarna cekelat.

Saya pilih warna putih dan krem untuk highlight. Warna natural seperti cokelat tanah dan tembaga saya pilih untuk kelopak mata dan sedikit keemasan yang saya baurkan dengan warna putih untuk sudut mata bagian dalam.

Saya aplikasikan eye liner cait untuk garis mata bagian atas, yang dilanjutkan dengan maskara hitam. Saya tidak memakaikan bulu mata palsu karena acara cukup semi-formal saja sehingga pemakaian bulu mata palsu hanya akan “mengacaukan”nya 😀 Sebagai gantinya, saya aplikasikan juga maskara di bulu mata bagian bawah. Ditambah pemulas mata putih di bagian bawah mata, maa tampilan mata sudah cukup dramatis dan outstanding 😀

Untuk tata rambut, saya hanya menyayak sedikit rambut di bagian atas kepala, dan membentuknya seperti jambul dengan mengikat sisa rambut ke arah belakang. Saya akui saya nggak bisa hairdressing, jadi ya yang sederhana saja…hehehehhehe…

So, bagaimana?

It’s easy, right?

Mata-mata…

Entah mengapa saya suka sekali mendandani mata… dan bereksperimen dengan warna-warni pemulas mata 😀

Seperti yang saya lakukan pada salah satu klien saya ini, Dewiw.

Waktu itu saya lupa untuk event apa, acara make-up dilakukan di kamar kos saja. Dewiw sempat bingung, apakah akan mengenakan baju berwarna biru atau pink. Sembari menunggu dia memutuskan, saya mengambil inisiatif untuk membubuhkan riasan mata yang dapat dipasangkan sekaligus dengan dua warna tersebut…

Saya memilih warna maroon tua untuk mewakili warna pink dan warna pearly white untuk mewakili warna biru.

Hasilnya..

dengan jilbab berwarna pink…

dengan bagian belakang jilbab seperti ini…

Lalu ganti dengan jilbab biru…

tanpa mengubah riasan…

plus bentuk “sanggul” sederhana dari lilitan jilbab…

Riasan mata tetap mewakili dua warna outfit yang hendak dipilih, tanpa mengubah riasan. Pada dasarnya memang warna pink dan biru muda adalah warna komplementer, yaitu warna berseberangan namun memiliki keserasian jika dipadukan (istilahnya main tabrak warna), jadi tidak ada kesulitan untuk melakukan riasan yang bisa “masuk” untuk kedua warna tersebut.

Mari kita bahas detailnya…

  1. Klien saya yang satu ini menolak untuk dirapikan (dicukur) alisnya, jadi saya biarkan saja tetap gondrong 😀 Saya tinggal merapikan bulu-bulu alis menggunakan maskara dan menegaskan ekor alis dengan pensil alis berwarna cokelat tua.
  2. Untuk menonjolkan tulang alis, saya memilih warna putih pekat sehingga bentuk highlight tetap menonjol.
  3. Di sudut mata bagian luar, saya aplikasikan pemulas mata berwarna merah maroon tua, dengan sedikit saya baurkan dengan warna cokelat tanah. Oya, satu tips: “Jika hendak membaurkan warna-warna intens, cobalah terlebih dahulu di punggung tangan anda, baru aplikasikan ke mata.” Cara ini, bagi saya, sangat efektif untuk mendapati warna hasil bauran yang saya inginkan.
  4. Di sudut mata bagian dalam (dekat hidung), saya aplikasikan warna baby pink yang bernuansa pearly, dan diatasnya saya baurkan sedikit warna krem keemasan menyatu dengan highlight putih di tulang alis. Hal ini saya lakukan untuk mengurangi kesan “terlalu mengkilap” karena penggunaan warna putih dan pearly pink yang berlebihan.
  5. Untuk garis mara bagian atas, saya menggunakan eye liner cair yang diaplikasikan menggunakan kuas dan ditarik perlahan dari sudut dalam ke sudut luar mata, untuk mendapatkan hasil aplikasi yang rapi jali 😀
  6. Untuk garis mata bawah, saya menggunakan eye liner pensil.
  7. Berhubung klien lebih suka untuk tidak menggunakan bulu mata palsu dan kebetulan bulu matanya sudah panjang, saya cukup menggunakan maskara saja. Maskara juga saya bubuhkan pada bulu mata bagian bawah untuk menambah kesan dramatis. Maskara hitam sangat dianjurkan.
  8. Di bagian bawah mata (daerah kantung mata) saya bubukan perona mata berwarna putih yang saya baurkan dengan bedak padat sebagai entuhan akhir riasan mata.

That’s all…

Mungkin anda berminat untuk mencoba suatu hari nanti? 😀

Bukan iklan lho…

Salah satu tempat saya menimba ilmu tentang tata rias adalah di Oriflame, khususnya Oriflame Jogja. Pertama kali bergabung di tahun 2006, saya malah lebih banyak belajar tata rias daripada berbisnis, hihihiiii… mungkin karena sifat saya yang pemalu *iya nggak siyy???

Saya senang karena ada banyak workshop dan beauty class yang bisa diikuti, apalagi upline saya orangnya baik banget dan nggak pelit berbagi ilmu… akhirnya kami berkawan baik sampai sekarang, nggak cuman hubungan upline-downline doang 😀 Jadi berasa punya kakak… hehehehe…

Ini ada beberapa foto sewaktu workshop di sebuah hotel di Jl. Magelang, depan TVRI Jogjakarta, di tahun 2008… saya lupa apa nama tempatnya. Oriflame sengaja mendatangkan make-up artist dari ibukota buat ngajarin kita-kita 😀

kiri: saya; kanan: mbak Wulan

ini saya 🙂

Uhmm… setelah pindah ke Semarang, saya jadi nggak update lagi tentang produk-produk Oriflame yang terbaru dan tentunya nggak bisa ikut beberapa event yang diadakan di sana 😦

Syedih jugaaaa… pasti sudah banyak orang baru yang bermunculan… terakhir ke Kancab Oriflame Jogja bulan Oktober 2010, hehehehe…agak linglung begitu, sayanya…

Eniwei, terimakasih saya ucapkan kepada Oriflame.

Meskipun “jenjang karir” saya sebagai pebisnis agaknya kurang berkembang, saya mendapatkan banyak ilmu yang lain, yang tentunya tak kalah bermanfaatnya 😀

Through Your Eyes

Kata orang, mata adalah jendela jiwa… kita dapat “meramalkan” apakah seseorang berkata jujur atau dusta dengan melihat matanya. Lantas bagaimanakah peranan rias mata dalam “menghias” mata?

Bagian terumit untuk dirias dari keseluruhan bagian wajah adalah mata. Pertama, mata adalah indera kita yang sensitif terhadap sentuhan, tekanan, dan benda-benda asing (seperti kalau kita kelilipan). Maka dari itu, kita juga perlu berhati-hati dalam memperlakukan mata. Kedua, space mata sangat sempit –bila dibandingkan dengan proporsi bagian wajah yang lain yang perlu dirias. Untuk itu, kita harus jeli memanfaatkan space yang terbatas tersebut.

Saya suka bereksperimen dengan mata, apalagi dengan menggunakan bermacam-macam warna untuk pemulas mata dan pensil mata. Oya, sebelum kita bahas lebih lanjut, kita perlu mengenal satu per satu alat rias yang kita perlukan untuk mempercantik mata kita.

  • Pemulas mata atau eye shadow. Ada beragam tekstur yang dijual di pasaran, tapi seringkali yang sangat mudah kita temukan adalah tekstur serbuk. selain itu ada pula yang bertekstur krim dan krim cair (pakai kuas). Warna yang wajib kita punya adalah pemulas warna netral, yaitu gradasi cokelat…minimal 3 warna, cokelat tua, cokelat muda, dan cokelat terang atau cenderung ke putih gading untuk tulang alis (highlight).
  • Alas pemulas mata atau eye shadow base. Alas pemulas mata akan sangat berguna ketika anda menggunakan pemulas mata serbuk, karena tekstur krimnya akan membantu merekatkan pemulas mata ke kulit kelopak mata. Tak perlu khawatir jika anda tidak memiliki alas pemulas mata ini, anda dapat menggunakan krim pelembab yang sehari-hari anda gunakan untuk menggantikan fungsinya 😀 (itu yang biasanya saya lakukan hehehehhee…)
  • Eye liner –saya nggak tahu bahasa Indonesianya apa :(– Ada yang berbentuk pensil yang bisa diraut, seperti pena (eye linernya cair di dalam), eye liner serbuk (yang biasanya dibeli sebagai oleh-oleh naik haji itu lho), dan eye liner cair yang diaplikasikan menggunakan kuas. Saya suka sekali memakai eye liner pensil yang berwarna-warni keluaran Oriflame, selain murah-meriah, pengaplikasiannya mudah, warna beragam, dan tahan lama saat digunakan. Eye liner cair akan menghasilkan pulasan eye liner yang rapi dan intense, namun pengaplikasiannya cukup sulit jika anda mengaplikasikannya sendiri.
  • Maskara atau pelentik bulu mata. Sekarang juga ada beragam varian maskara, tinggal sesuaikan dengan kebutuhan anda saja.
  • Pensil alis. Kalau saya, lebih suka pakai pensil alis berwarna cokelat daripada hitam. Warna cokelat akan tampak lebih natural. Warna dan bentuk alis penting, karena akan merepresentasikan wajah kita secara keseluruhan, jika salah membentuk alis atau memilih warna pensil alis (terlalu tebal gitu..) pasti wajah akan terkesan aneh 😦
  • Bulu mata palsu. Untuk acara resmi yang menuntut kita merias wajah secara lengkap, kehadiran bulu mata palsu merupakan suatu keharusan, karena bulu mata dapat menyempurnakan penampilan riasan kita. Kalau berniat memakai bulu mata, jangan lupa untuk menyiapkan lem bulu matanya yaa… saya lebih suka memakai lem bulu mata berwarna hitam yang kemasannya mirip dengan kemasan eye liner cair, karena selain cara pengaplikasiannya gampang, ia juga dapat berfungsi sekaligus sebagai eye liner.
  • Kuas eye shadow untuk mengaplikasikan eye shadow
  • Silet atau pinset untuk merapikan alis, kalau anda membutuhkan.

Berikut ini beberapa contoh riasan mata yang pernah saya lakukan:

Mata ini tampaknya lelah ya, dengan warna cokelat sembab. Untuk rias mata sehari-hari, saya memilih warna tunggal yang terkesan mencerahkan mata.

Saya menggunakan eye liner cair dan membentuk garis lurus dari arah dalam ke sudut luar (biasa disebut cat eye). Highlight tidak terlalu saya tonjolkan, yang lebih saya utamakan adalah menutupi kesan lelah di kelopak mata dan di bagian bawah mata. Untuk pemakaian sehari-hari, boleh dipilih warna eye shadow yang nggak terlalu glittering. Nuansa pearly (seperti yang tampak di gambar, tampak mengkilap tapi tanpa butiran glitter) boleh, boleh ajah… supaya orang tahu kalau kita lagi dandan…hehehehheee…

Pemilihan warna terang –pink di bagian kelopak, putih untuk bawah mata– dapat mencerahkan mata. Tambahkan sedikit warna ungu keabu-abuan di bagian tengah kelopak dan warna khaki pucat untuk highlight sebagai sentuhan akhir. Rias mata ini sangat ringan dan dapat digunakan untuk rias sehari-hari.

Dapat juga anda membuat rias mata yang lebih menonjolkan penggunaan maskara dan eye liner. Eye liner berwarna (selain hitam) dapat dijadikan pilihan. Pada gambar di bawah, saya menggunakan eye liner warna dari seri Visions V* Dynamic Duo eyeliner Pencil dari  Oriflame, perpaduan putih dan hijau keperakan.. Chic dan simple untuk anda yang tidak punya terlalu banyak waktu untuk berdandan 😀

atau cukup gunakan eye liner cair berwarna hitam dan maskara hitam untuk kesan sederhana, dipadukan dengan pemulas mata senada warna kulit. Eye shadow yang saya pilih adalah eye shadow berwarna matte (tidak mengkilap) dari seri Mono Eyeshadow Essentials dari Oriflame

Selanjutnya…

Untuk kesan lebih mewah, anda dapat memilih eye shadow ber-glitter dan aplikasikan lebih intens di kelopak mata. Gaya riasan favorit adalah smokey eye. Warna paling netral adalah cokelat.

Kalau anda bosan dengan warna eye liner hitam, anda dapat menggunakan paduan warna cokelat tua dan cokelat muda (keemasan) seperti tampak pada gambar di atas. Pada model, saya menggunakan V* Dynamic Duo Eyeliner Pencil seri Aladdin & Yasmin dari Oriflame.

Dan anda pun akan siap pergi ke pesta…

***

Di bawah ini adalah beberapa contoh rias mata yang bertema, yaitu disesuaikan dengan busana yang dikenakan, menggunakan warna yang lebih intens dan pekat, serta lebih berani.

Dan untuk dua foto terakhir, saya menggunakan plester mata (scotch) untuk memperlebar kelopak.

Penggunaan scotch untuk riasan sehari-hari akan terkesan berat. Biasanya scotch digunakan pada riasan untuk acara pernikahan atau acara resmi lainnya.

***

Nah, balik lagi nih… setiap riasan tentunya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi si pengguna. Banyak berlatih akan sangat membantu untuk meningkatkan kepekaan kita dalam mengenali setiap kelebihan dan kekurangan di wajah, sehingga kita dapat menempatkan riasan yang tepat sesuai dengan porsinya 😀

Selamat mencoba 😀

Make Overs

Hari ini hari pertama saya menikmati “liburan” di kampung halaman, sampai 2 – 3 bulan ke depan. Kembali ke rumah masa kecil terasa sedikit aneh ya? Hmm…karena sudah cukup lama saya meninggalkannya. Tentu sudah banyak yang berubah.

Saya membuka file-file lama yang ada di komputer (lama) saya, komputer yang menemani saya sejak awal kuliah S1 hingga proses pengerjaan skripsi dan lulus. Ada beberapa file foto yang masih tersisa dari masa-masa saya belajar tata rias di UNY (Universitas Negeri Yogyakarta; dahulu IKIP Yogyakarta).

Waktu itu saya sering “menodong” teman-teman kos supaya bersedia menjadi model saya…heehehee… untungnya mereka seneng-seneng aja 🙂 Ada beberapa foto juga yang saya ingat waktu saya ikut semacam kontes/lomba merias yang diadakan oleh Oriflame Jogja. Sekedar untuk menambal ingatan, akan saya tampilkan beberapa foto mereka di sini, plus sedikit kisah yang menyertainya… sekaligus untuk bernostalgia 😀

Yang pertama ini foto Danik, before (atas) dan after (dua foto di bawah) di-make over. Waktu itu awal tahun 2007, saya belum terpikir untuk belajar menghias jilbab jadi yaaa…jilbabnya seadanya gitu, seperti pemakaian sehari-hari. Saya mengajak Danik jadi model saya di UNY. Untuk pertama kalinya, saya belajar memasang scotch, semacam plester khusus yang ditempelkan di kelopak mata untuk memperlebar kelopak mata dan menyiasati mata sipit/kecil.

Yang kedua ini adalah Puteri. Foto bagian atas adalah sebelum make over dan foto bagian bawah setelah di-make over. Eh, kalungnya itu buatan saya lho…hehehehe… Kalau si Puteri, saya make over di kos, untuk lomba di Oriflame.

Yang ketiga ini adalah Ayung. Seperti dua teman kos saya sebelumnya, foto bagian atas adalah sebelum di-make over dan bagian bawah adalah foto setelah di-make over. Ayung juga saya make over di kos.

Ketiganya adalah junior saya di kos. Heee, bukan bermaksud menjadi bullist, saya tetap menawarkan pada mereka apakah bersedia menjadi model saya atau tidak, jadi demokratis dong…cuman mungkin mereka sungkan dan nggak berani nolak kali yaa… secara saya termasuk angkatan tua pada waktu itu.

Kalau foto-foto di bawah ini adalah foto beberapa teman saya di Psikologi yang saya daulat jadi model dadakan.

Ini adalah sahabat saya, Naw… foto atas adalah foto sebelum dan yang bawah, tentu saja, foto sesudah make over.

Kalau yang satu ini Ayuk… saya make over untuk lomba Oriflame

Ini Ridha… tantangan yang saya hadapi dari ketiga model ini hampir sama yaitu menutupi jerawat… hehehehe, pengalaman yang sangat berguna nih… yaitu, bagaimana menutupi jerawat dengan make up dasar tanpa membuat wajah terkesan tebal dan berat… 😀

Tantangan menutup jerawat pada saat merias kulit berjerawat adalah “bagaimana kulit tetap sehat di balik tata rias dekoratif yang diaplikasikan pada wajah”. Waktu itu sih saya punya andalan yaitu tea tree corrective stick dari Oriflame. Di dalam satu stik concealer ada 2 bahan sekaligus, yang hijau sebagai obat jerawat berkandungan tea tree oil, yang kedua adalah concealer bertekstur creamy yang senada warna kulit untuk menutupi si obat tea tree tadi…

***

Saya sangat berterima kasih pada para model ini, yang turut mewarnai perjalanan karir saya sebagai make up artist, melatih keterampilan saya memasang bulu mata palsu, melatih saya memoleskan concealer dan alas bedak hingga rata, dan banyak keterampilan lainnya 😀

Hehehehee… saya tersenyum mengenang pada jaman-jaman itu, namanya pengalaman awal pasti banyak kekurangan di sana-sini… bahkan sampai sekarang, kalau melihat foto-foto sebelumnya, saya selalu menemukan kekurangan yang bisa dipelajari dan dijadikan sebagai bahan koreksi untuk proses kreatif berikutnya.

😀

Foto terakhir… eh cerita terakhir, ding…

Ini foto saya bersama Tika, seaktu kita jalan-jalan di Sunday Morning (SunMor) UGM, semacam pasar kaget yang buka tiap Mingu pagi atau hari libur nasional di daerah lembah UGM, cukup dekat dengan kos kami.

Ini saya mejeng bareng model, Tika, setelah di-make over. Huhuhu..saya-nya keliatan kucel banget ya? Ini pas saya sedang belajar mengaplikasikan corrective shading untuk menutupi rahang Tika yang berbentuk kotak…kata guru saya, shading ini akan melembutkan penampilan wajah.

Make-up Artist on My Wedding Day

Nah, ini adalah laporan saya tentang pengalaman merias diri sendiri sewaktu pernikahan saya, bulan Mei tahun lalu 😀 Foto di atas adalah foto saya dan mbak Henny, beliau adalah satu-satunya bridesmaid saya, karena pas akad nikah teman-teman dari Jogja masih di perjalanan.

Oya, kenapa saya memutuskan untuk merias diri sendiri?

Ada beberapa alasan sih, tapi intinya saya tidak mau terlihat kacau di hari pernikahan saya karena riasan yang nggak oke. Uhmm, sebenarnya saya bukan tipe orang yang terlalu peduli dengan penampilan, tapi hari pernikahan kan beda dengan hari-hari yang lain…

Kenapa saya takut penampilan saya kacau?

Pertama, karena saya tidak percaya dengan tukang rias pengantin yang dipilih oleh ibu saya… alasan beliau memilih perias itu adalah karena “kasihan”, ybs adalah tetangga saya…dan rasanya nggak enak kalau tidak meminta bantuan tetangga. Malas jadi bahan pergunjingan, maklum…di desa… Kedua, karena saya tidak yakin seperti apa jadinya saya setelah dirias, ibu perias menolak melakukan tes rias dengan alasan takut nanti saya “ndak manglingi” saat acara hari H… alasan macam apa pula itu???

Kenapa saya tidak percaya pada beliau?

Pertama, tentang skill… beliau perias generasi lama, saya nggak tahu riasan saya akan se-medhok apa kalau dipegang beliau. Kedua, alat make-up dan tata rias-nya nggak valid, kadaluarsa dan bukan merk yang biasa saya pakai 😀 Wajar dong kalau saya mau kulit saya tetap sehat? Terlebih lagi, saya nggak suka gaya beliau yang old-fashion…tidak terbuka untuk diajak berdiskusi.

Dengan pertimbangan tersebut, saya memutuskan untuk merias diri sendiri saja… toh nggak ada aturan pengantin nggak boleh merias diri sendiri… lha wong nggak dirias juga boleh-boleh aja kan? Ini masalah kepuasan hati.

Saya memang menyiapkan 3 tema untuk acara tersebut…

  1. Tema putih-gold untuk akad nikah
  2. Tema merah-hitam untuk acara temu-penganten (semacam acara adat Jawa)
  3. Tema ungu-silver untuk acara resepsi yang lebih santai (setelah acara temu-penganten)

Mari kita bahas satu-persatu riasan yang saya gunakan waktu itu… oh ya, sayang sekali foto yang ada pada saya saat ini adalah foto dari dokumentasi pribadi, jadi mungkin kurang bagus kualitas gambarnya. Terus terang saya juga kecewa dengan hasil jepretan fotografernya –yang notabene adalah anak dari si ibu perias– karena menurut saya sangat tidak artistik 😦

Pertama, untuk tema putih-emas…

Acara akad nikah pada pagi hari menjelang siang, yaitu dimulai pukul 11.00 WIB. Saya pilih warna pastel, lembut, dan sedikit terkesan nude (tidak sepucat riasan ala J-Lo).

Riasan dasarnya, saya selalu pakai rangkaian produk dan urutan pemakaian seperti yang sudah saya tuliskan di tulisan saya sebelumnya, basic make-up.

Untuk rias mata, saya gunakan warna natural cokelat tua untuk sudut mata luar (ekor mata), lalu saya baurkan dengan sedikit warna tembaga dan cokelat keemasan dengan gaya pemulasan smokey eye… untuk highlight-nya saya pilih warna putih tulang dengan pendar keemasan dan saya baurkan dengan sedikit warna kuning pucat di bagian sudut mata dalam.

Alis mata saya pilih warna cokelat tua, bukan hitam.

Untuk bulu mata, tentunya saya memakai bulu mata palsu, cukup satu helai saja –tidak didobel– dan ditambah sedikit maskara untuk menyatukan bulu mata asli dan bulu mata palsunya.

Saya tidak menggunakan eye-liner di bagian atas, karena saya sudah menggunakan lem bulu mata berwarna hitam…dan ini sudah oke banget, berfungsi ganda: memasang bulu mata palsu sekaligus sebagai eye-liner berwarna hitam pekat :D. Di bagian bawah mata saya menggunakan dynamic duo eye-liner dari oriflame, seri Aladdin & Yasmin, yang berwarna cokelat tua dan cokelat muda. Warna cokelat tua saya aplikasikan di bagian ekor mata luar, sedangkan warna cokelat muda saya aplikasikan di bagian sudut mata dalam (dekat hidung).

Tak lupa, saya aplikasikan eyeshadow berwarna putih gading (sama dengan yang untuk highlight) ditambah sedikit warna krem muda untuk menutup daerah kantung mata… hasilnya riasa mata yang segar 😀

Saya merasa tidak perlu membuat shading di hidung, jadi saya tidak melakukannya…

Untuk menonjolkan tulang pipi, saya cukup memakai blush-on saja, lagi-lagi tanpa shading… saya memilih demikian, karena saya tidak mau terlihat seperti badut…kan acaranya siang hari. Blush-on yang saya gunakan adalah Giordani Gold Bronzing Pearls, karena bentuknya yang bulatan kecil dengan beberapa nuansa warna dalam satu kemasan berhasil menciptakan paduan warna yang bagi saya sudah sangat pas. Suka warnanya!!!

Untuk bagian bibir, saya juga sengaja memilih warna oranye-kecokelatan. Saya selalu memakai lipliner sebelum memakai lipstick. Pilihan saya jatuh pada Read My Lips Lipliner dari Vision Oriflame dengan seri Loud and Clear. Setelah itu baru saya bubuhkan lipstik dasar dari seri Vivid Lipstick, warna Caramel, dan terakhir saya tutup dengan pulasan prismatic lipstick dari GG, Captivating Brown. Perfecto!

Jujur, saya tidak puas dengan penataan jilbabnya. Itulah kenapa saya pengen ada sesi tes make up, biar kita sama-sama tahu letak kekurangan di wajah saya ini apa, lantas bisa menemukan pemecahannya segera… Lha kalo pas langsung di hari H kan jadinya ribet, serba terburu-buru, nggak tenang, panik diburu waktu, dsb, dsb… jadinya ya gini, asal banget! Saya nggak mungkin lah menata jilbab sendiri…

Mari kita analisis… dengan dua bunga di samping kiri dan kanan, tanpa kompensasi sanggul di bagian atas-belakang, wajah saya jadi terkesan melebar dengan kepala yang pendek. Seharusnya, dipasang sanggul imitasi yang mengarah keatas sehingga ada efek memanjang di bagian kepala dan wajah saya juga akan ikut terkesan memanjang –langsing.

***

Untuk acara temu penganten, saya menggunakan kebaya warna merah-hitam. Maka dari itu riasan juga saya sesuaikan.

Acara berlangsung setelah shalat dzuhur, jadi otomatis semua riasan pada acara akad nikah saya hapus dan saya ulang lagi dari awal.

Dasar tata rias tidak berubah, hanya saja saya menambahkan pemakaian concealer dan foundation, mengingat acara dilaksanakan pada siang hari (panas, takut luntur kena keringat) dan lebih formal dari pada acara akad nikah. Saya juga menambahkan sedikit shimmering powder agar tampilan lebih berkilau. Blush on juga sedikit saya pertebal.

Tata rias mata. Pemakaian eyeshadow juga saya sesuaikan dengan tema, kali ini saya memilih warna yang lebih berani dan beragam. Paduan antara merah maroon, cokelat tua, tembaga, sedikit putih keperakan, putih tulang keemasan, dan ungu tua. Sengaja saya masukkan unsur keunguan karena untuk kebaya ungu, saya tidak perlu berdandan lagi, hanya tinggal ganti warna lipstik dan jilbab saja. Hanya butuh sedikit touch up saja cukup.

Untuk eyeliner, saya menggunakan seri Vision lagi, kali ini dengan warna hitam dan putih (Laurel and Hardy). Warna putih saya aplikasikan di bagian bawah mata bagian dalam, sedangkan warna hitam saya aplikasikan di bagian luar (yang ada bulu matanya). Cara aplikasinya –untuk warna hitam: ditarik dari ujung luar mata menuju ke arah dalam –hidung–, tebal di awal dan semakin ke dalam semakin tipis/samar. Teknik ini akan membuat mata terkesan hidup tanpa terlihat menonjol/melotot garang.

Eh, keliatan nggak ityu? Bagian yang saya buletin warna item? Masak sih ibu itu masangin bunga pake peniti segede gaban yang dari merauke aja bakal keliatan???? Dan nggak tau kenapa, saya jadi keliatan super-chubby begini…hiks 😦

Tata rias bibir. Untuk tema kedua, saya memakai lipstik Coral Red dari koleksi lipstik Dolce Vita Giordani Gold (pada gambar, saya lingkari dengan warna merah) dan untuk tema terakhir dengan kebaya ungu saya memakai lipstik Romantic Pink dari seri yang sama (saya lingkari dengan warna kuning). Terakhir, saya beri sentuhan glossy dari Liptrick Pallete Vision.

 

***

Untuk acara terakhir, saya memakai kebaya dari tile berwarna ungu yang saya padukan dengan dalaman berwarna abu-abu keperakan (kain satin)… untuk itu saya sudah menyiapkan jilbab berwarna ungu dan veil panjang dari tile polos abu-abu yang saya pasangi detail aplikasi bunga-bunga sisa potongan dari bahan kebaya berwarna ungu.

Menurut saya, pemasangan jilbab dan veil tile-nya sudah lumayan oke lah… tidak jauh dari rencana saya awalnya, tapi tetap…saya nggak begitu suka dengan hiasan dan bunga yang dipasangkan… saya sih menyesalnya karena nggak asertif “mengejar” si ibu itu buat ngajak diskusi… 😦 Coba kalau saya bisa lebih agresif aja lah… (asertif udah nggak berlaku kayaknya).

***

Begitulah…

Sebenarnya kalau dibilang kecewa, ya saya kecewa juga…tapi kalau saya pribadi sih, sudah melakukan yang terbaik yang dapat saya lakukan 😀

Eh, ternyata saya merasa lega lho setelah membuat laporan ini… Gilee aje hampir setahun saya memendam kekecewaan saya terhadap ibu X, sang perias penganten… padahal juga nggak jelas saya ini kecewanya kenapa…

Well, guys… itulah kenapa kita perlu sekali untuk berbicara dan bersikap asertif. Jangan memendam kekesalan atau uneg-unegmu sendiri. Go straight and tell him/her/them what you really feel…tapi ingat, jangan menyerang…

Gee

Oke, nanti akan saya tuliskan topik asertivitas ini… karena menurut saya, menjadi asertif itu sangat penting untuk menjaga mental kita tetap sehat. Sayangnya, menjadi asertif tidak semudah mendiskusikannya 😦 But afterall, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, kan??

***

Fingers vs Brushes

Here are the brushes…

Sejak awal belajar merias secara profesional, saya sudah mupeng banget pengen punya satu set perlengkapan rias yang namanya “kuas” ini (See, betapa miripnya kegiatan merias dan melukis –baca Basic Make-up) !! Untuk orang-orang dengan kecenderungan OCD seperti saya ini, pastilah sangat menyenangkan untuk mengkoleksi sesuatu selengkap-lengkapnya, apalagi kalau itu berkaitan dengan hobi yang sedang digandrungi 😀

Saya aja punya satu set obeng lho…kikikikikkk… padahal saya nggak hobi otomotif sama sekali. Cuma dulu waktu awal-awal kuliah dan tinggal sendirian,  memang dibekali sekotak obeng plus palu dan tang, oleh bokap… kata beliau, sapa tahu saya membutuhkannya di perantauan. So000000000000 sweeeeeeeetttt… 😛

Kembali ke brushes, saya memang sangat berniat untuk mengoleksinya, bermimpi malah…sampai sekarang… tapi, kok sampai sekarang koleksi kuas saya tidak bertambah yaaa… hahahhahahahhaaa… cuma punya yang standar aja gitu…

dari ki-ka: kuas eyeshadow, blush-on, bedak, alis, bibir

 

Tuh kan, saya cuma punya lima… itu aja yang satu (kuas alis) adalah kuas jadi-jadian…hahahhahahhaa…bawaan dari pensil alisnya! Pada prakteknya, lima kuas ini udah TOP BEGETE buat saya. Saya sekarang justru jarang menggunakan kuas eyeshadow… saya punya yang lebih mantab, hehehhee…

Ini dia… jari-jari tangan saya… Kyaaaa, kok jari saya jempol semua yaaaaa???? Tentu saja saya cuma pake tangan kanan saat merias. Selain demi alasan kesopanan –pasti nggak ada yang mau mukanya diubek-ubek pake tangan kiri kan?–, saya pake tangan kanan karena saya right-handed person. Nggak mau ah, ambil resiko merias pake tangan kiri!!

Berdasarkan pengalaman saya selama lebih kurang 2 tahun terakhir menggunakan jari untuk mengaplikasikan eyeshadow, ada beberapa kelebihan yang bisa ditawarkan oleh si kuas alami ini, yaitu:

  1. Nggak bakal kejadian yang namanya kasus kuas ketinggalan! Ya eyyaalah, kan jari jemari ini sudah pasti melekat dengan kita –Syeremnya ngebayangin kalo jari kita ketinggalan 😦
  2. Nggak akan ada pemborosan eyeshadow. Kenapa bisa? Kita tentunya lebih familiar dengan eyeshadow serbuk daripada jenis yang lain, seperti krim atau padat. Tanpa kita sadari, aplikasi eyeshadow menggunakan kuas, jika kita tidak terampil, justru akan membuang eyeshadow percuma. Gerakan mengaplikasikan eyeshadow dengan kuas adalah dengan cara ditepukkan perlahan dengan sedikit tekanan pada kelopak mata. Gerakan menyapu –yang seringkali dilakukan– itulah yang merupakan pemborosan eyeshadow. Alih-alih mendapatkan rias mata yang diinginkan, tahu-tahu kita malah menghabiskan eyeshadow favorit kita sia-sia. Jari sangat membantu untuk menghemat eyeshadow!
  3. Hasil riasan mata yang intens. Karena serbuk eyeshadow teraplikasikan dengan efektif, hasil riasan mata juga lebih intens. Warna akan melekat dengan lebih sempurna tanpa perlu sering-sering mengulaskan eyeshadow.
  4. Warna eyeshadow lebih mudah dibaurkan –tidak terkesan seperti kue lapis. Kita tentu sudah mengenal trik pengaplikasian warna untuk rias mata, dimana harusnya meletakkan warna yang gelap, sedang, terang sehingga sesuai proporsinya di kelopak mata kita. Nah, jari sangat membantu kita untuk menghindari kesan “lapis-lapis” atau batasan warna yang ada di kelopak. Hasilnya? Rias mata yang alami, halus, dan rapi 😀
  5. Efek pijatan yang menenangkan. Hehehehehe, kalau ini membutuhkan banyak latihan yaaa… seringkali ketika mengaplikasikan pelembab, foundation, dan juga eyeshadow –yang make jari– saya menyelipkan pijatan-pijatan ringan di titik-titik tertentu di wajah yang memberikan efek relaksasi. Titik-titik ini adalah titik-titik yang sama yang seringkali menjadi sasaran terapis saat kita pergi facial 😀 Contohnya: saat mengaplikasikan highlight, sambil saya pijat juga bagian bawah alis.

Nah, itu tadi beberapa kelebihannya… sekarang, secara objektif saya coba untuk memaparkan kelemahan penggunaan jari untuk mengaplikasikan eyeshadow

  1. Cenderung sulit menggunakan jari untuk membuat sudut mata bagian luar. Perlu banyak latihan agar memperoleh hasil rias sudut mata yang rapi bila menggunakan jari sebagai aplikatornya. Kesulitannya karena: pakemnya adalah kita menggunakan warna yang cenderung lebih gelap untuk membentuk sudut mata, warna gelap sangat mudah terlihat jika kita melakukan kesalahan dalam proses pengaplikasiannya. Misalnya: mbleber atau meluas, tidak simetris antara mata kanan dan kiri, dll
  2. Cenderung sulit menggunakan jari untuk mengaplikasikan eyeshadow pada garis mata bagian bawah –untuk riasan tipe smokey eyes. Lagi-lagi, masalahnya adalah warna-warna yang dipilih untuk riasan ala asap ini adalah  warna tua seperti abu-abu tua, biru tua, ungu tua, ungu keabuan, atau malah hitam pekat (gothic).

Hmmm…kok cuma ketemu 2 kelemahan aja yaa…hehehehehe…

Untuk dua kasus ini (kelemahan 1 & 2), saya punya beberapa trik untuk mengatasinya, yaitu:

  1. Menggunakan ujung jari kelingking yang relatif lebih kecil daripada jari-jari yang lain untuk mengaplikasikan eyeshadow di bagian kelopak mata yang riskan mengalami “kegagalan riasan”. Ingat, bagian ujungnya saja!
  2. Mengambil sedikit eyeshadow dan mengaplikasikannya juga sedikit demi sedikit sampai pada tingkat intensitas warna yang diinginkan. Hal ini untuk menghindari warna yang terlalu medhok atau tebal.
  3. Untuk mengetes intensitas warna –kadang warna eyeshadow di tabung dan saat diaplikasikan di kulit itu berbeda, saya biasanya mengoleskan dulu di bagian punggung tangan, di bawah ibu jari, tangan kiri saya. Saya memfungsikannya sebagai palet warna (seperti palet yang dimiliki pelukis untuk mencampur warna).

Intinya sih, latihan yaaa…teuteup! Saya percaya 100%, practice makes perfect. Jadi, jangan bosan-bosan untuk mencoba dan terus mencoba…sampai menemukan trik yang benar-benar pas buat kamyu semyua… Hehehhee, saya sih cuma melemparkan wacana ajah…kayak para politisi di tipi itu loh, hahahahahhaa.. 😀

So, selamat mencoba yaaaaa…

Semangaaattt!!!!!

😀 😀 😀

 

 

Nb: jangan lupa, bersihkan jari sebelum mulai merias yah!!!! Penting ini!!! Jangan jorok ah, ntar nggak jadi cantik loh 😀

Basic Make-up

Nah, ini nih… Saya selalu yakin bahwa sebenarnya prinsip merias wajah tidak jauh berbeda dengan kegiatan melukis. Hanya saja ini yang dilukis adalah wajah manusia dengan media pewarnanya berupa alat-alat tata rias 😀

Sebagaimana kegiatan melukis, kita jelas perlu menyiapkan media yang akan dilukis kan? Kalau mau melukis dengan cat minyak, ya perlu nyiapin kanvas. Kalau mau melukis dengan cat air ya perlu kertas gambar. Nah, kalau mau melukis dengan tata rias ya perlu nyiapin wajahnya dong…yang nantinya akan menjadi “kanvas” kami, para perias.

Mempersiapkan wajah ada 2 macam, persiapan jangka panjang dan persiapan jangka pendek. Menurut saya yang paling penting adalah persiapan jangka panjang, karena itu akan sangat menunjang persiapan jangka pendek yang baik dan optimal. Nah, penjelasannya begini:

  1. Persiapan jangka panjang: menyiapkan kulit wajah kita untuk selalu tampil segar, lentur, dan bersih-bercahaya. Caranya adalah dengan rajin-rajin melakukan pembersihan berkala (cuci muka, maskeran, facial), makan makanan sehat, menghindari alkohol dan rokok yang rawan membuat kulit dehidrasi, serta menggunakan produk perawatan kecantikan yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan  kulit kita.
  2. Persiapan jangka pendek: menyiapkan kulit untuk “dilukis” saat dibutuhkan. Caranya adalah dengan menggunakan serangkaian alat make up yang merupakan dasar make up, antara lain concealer, alas bedak, dan juga bedak. Kalau dasar make up sudah oke, kita tinggal enjoy aja membubuhkan warna sesuai yang kita inginkan/butuhkan 😀

Kata senior saya di Oriflame, Mbak Wulan, dasar make-up itu sangat penting! Kalau dasar make-upnya enggak rata, pasti enggak oke hasilnya. Apalagi kalau difoto. Ini lah, pentingnya menjaga kesehatan kulit wajah, agar kulit mudah untuk dirias. Saya pernah punya beberapa pengalaman merias kulit wajah yang menurut saya mengalami dehidrasi. Itu lho, yang jadinya tampak bersisik dan mengelupas (ada tekstur berwarna putih di kulit), sehingga dasar make up tidak dapat melekat sempurna… ih, sedih deh kalau gitu 😦

Kali ini, saya akan mencoba mengulas tips dan trik persiapan make up jangka pendek dulu yah… “Senjata” apa saja yang kita perlukan?

  1. Concealer, gunanya sebagai penutup noda, untuk meratakan warna kulit wajah, atau sebaliknya, untuk membuat shading.
  2. Foundation atau alas bedak. Saya lebih suka pakai alas bedak cair karena akan lebih mudah untuk diaplikasikan serta dicampur dengan foundation seri lain atau warna lain, untuk disesuaikan dengan kondisi kulit. Ini nih yang biasa saya pakai…
  3. Loose powder atau bedak tabur, gunanya untuk menyerap kelebihan cairan (minyak atau air) dari wajah setelah pengaplikasian alas bedak, terutama alas bedak cair. Pengaplikasian bedak tabur ini lebih baik pakai kuas, karena selain dapat menjangkau celah-celah wajah juga dapat efektif masuk ke pori-pori. Kuasnya yang gede ya, yang khusus buat bedak. Lebih baik kalau memilih bedak tabur yang transluscent alias tak berwarna.
  4. Pressed powder atau bedak padat, gunanya untuk merapikan riasan dasar / basic make up yang sebelumnya sudah diaplikasikan ke wajah. Bedak padat ini diaplikasikan menggunakan saput atau spons, dan sebaiknya dengan teknik tepuk, yaitu ditepuk-tepukan ke wajah. Jangan diusap karena nanti dapat membuat efek belang karena ada sebagian foundation yang mungkin akan ikut tertarik. Pilihan pertama jatuh ke GG sublime pressed powder ini, saya suka sekali hasil akhirnya yang halus dan tahan lama. Di kulit juga nggak terasa tebal. Setelah itu, favorit saya yang kedua adalah Silky touch ini..

 

Nah, itu tadi tahapan melakukan tata rias dasar. Pastikan sebelum melakukannya, anda sudah membersihkan wajah terlebih dahulu dan membubuhkan pelembab yang sesuai dengan kondisi kulit wajah anda. Hal ini akan menghindari kemungkinan dehidrasi pada kulit. Oiya, concealer cenderung memblokir minyak di wajah, jadi jika kulit anda sangat kering, saya sarankan untuk tidak menggunakan concealer dan pilihlah foundation/alas bedak bertekstur cair yang berbahan dasar air 😀

 

Kalau tata rias dasar ini sudah berhasil, lanjutkan dengan “mewarnai” wajah anda menggunakan tata rias dekoratif yang anda perlukan.

Selamat mencoba…

😀 😀 😀

 

 

 

Nb: “Keterampilan” ini nggak bisa sekali jadi lho, lebih banyak berlatih akan lebih bagus…