Pernah nggak kamu kepikiran bahwa kamu sedang diawasi oleh semua orang? uuhhmm, nggak persis semua orang sih…tapi beberapa orang yang kamu tahu bahwa mereka tidak menyukaimu?
Kalau berbicara tentang hal ini, saya jadi ingat pasien saya di Puskesmas Tempel 1 dulu. Seorang ibu dari 1 anak yang sudah mencapai tahapan skizofrenia atau dalam bahasa awamnya menderita kegilaan, hilang akal… Nah, si ibu itu, panggil saja Siti, mengalami waham siar pikir. Waham adalah simptom atau gejala khas yang harus muncul untuk menegakkan diagnosis skizofrenia (kode F20), disebut juga simptom positif. Waham siar pikir adalah suatu keyakinan yang amat kuat bahwa diri kita, apa yang kita perbuat, ucapkan, pikirkan dapat diketahui oleh orang lain bahkan disebarluaskan. Biasanya penderita waham jenis ini akan merasa dikuntit, rumahnya dipasangi kamera, diintai mata-mata atau paparazzi, dan hal lain semacam itu yang memungkinkan orang lain dapat mengetahui hal yang paling tersembunyi sekalipun dari dirinya.
Saya sih punya asumsi bahwa akar mula dari semua gejala yang menuju pada waham ini adalah kecemasan sosial…terutama adalah ketakutan menerima penilaian negatif dari orang lain. Dengan kombinasi ciri kepribadian tertutup dan tidak percaya diri tentunya ketakutan akan penilaian ini akan jauh lebih kuat daripada individu lain yang tidak memiliki kombinasi serupa.
Saya, kalau mau jujur, mengalami kecemasan sosial yang cukup parah. Saya sendiri baru menemukan benang merahnya pada saat mengerjakan tesis, yang mengharuskan saya untuk mengadakan suatu terapi pada klien yang sesuai dengan kasus.
Perlu waktu yang lama bagi saya untuk bisa memaafkan orang yang (menurut saya) telah mempermalukan saya, menyakiti saya, atau memusuhi saya. Yang ingin saya sampaikan disini adalah tentang Ny. X dan Ny. Y yang telah menyerang saya di FB, memfitnah saya, memutarbalikkan fakta di depan orang-orang yang tidak mengenal saya dengan baik sehingga mereka mengecap negatif saya, dan terutama dampaknya adalah membuat saya merasa enggan untuk berekspresi dengan bebas di situs jejaring sosial tersebut. Saya merasa khawatir mereka akan kembali melakukan pencemaran nama baik itu di belakang saya.
Saya tahu dan saya merasa bahwa semakin lama saya merasa terbatasi… seharusnya saya tidak perlu merasa sekhawatir itu. Biarlah saja mereka berbicara semau mereka, memfitnah pun silakan. Saya toh tidak pernah merugikan mereka, baik itu secara fisik, material/finansial, moral, atau psikis…
Selama ini yang saya lakukan adalah freeze, membeku… Ny. Y pernah beberapa kali berkomentar pada foto yang saya posting dan status saya, tapi tidak saya hiraukan. Pertama kali saya baca notifikasi bahwa dia berusaha bersinggungan lagi dengan saya dengan cara memberi komen, reaksi saya yang muncul adalah reaksi fisiologis… sungguh saya gemetar dan jantung saya berdetak sangat kencang. Saya marah. Seperti itulah reaksi fisiologis ketika saya marah. Ditambah dengan telapak tangan yang berkeringat dingin. Pada kesempatan berikutnya, saya sudah merasa lebih tenang meskipun saya tetap enggan bersinggungan dengan dia. Meskipun demikian, saya tidak menghapus kedua orang itu dari daftar teman saya. Saya biarkan saja begitu.
Nah, sekarang, saya ingin mengisi waktu luang saya dengan mulai berkarya lagi. Para sahabat saya mendukung saya, suami saya mendukung saya. Jadi tidak ada alasan untuk menjadi seperti Ny. X dan Ny. Y itu yang mengisi waktu luangnya dengan menggunjingkan orang lain. Saya ingin lebih produktif dan teraktualisasi.
Saya tidak ingin terhambat lagi oleh prasangka yang lahir akibat pengalaman negatif dari interaksi sosial yang tidak menyenangkan dengan mereka.
Saya dan mereka memiliki kehidupan yang terpisah.
Ya.
Saya ingin memaafkan mereka agar saya bisa melangkah ke depan dengan lebih ringan 🙂
Saya tidak mau ah memelihara kecemasan ini…takut kalau ia berkembang lebih jauh menjadi sebuah keyakinan yang menyimpang dan berakhir menjadi waham…
Pikiran adalah sesuatu yang bisa dikendalikan, bukan? 😀
Ayo, lebih percaya diri lagi!!!!
NB: Dan kalaupun blog ini begitu sederhana dan biasa saja (bila dibandingkan dengan blog tetangga), tak apalah…saya masih belajar…