Nyampah euy!

Pernah nggak kamu kepikiran bahwa kamu sedang diawasi oleh semua orang? uuhhmm, nggak persis semua orang sih…tapi beberapa orang yang kamu tahu bahwa mereka tidak menyukaimu?

Kalau berbicara tentang hal ini, saya jadi ingat pasien saya di Puskesmas Tempel 1 dulu. Seorang ibu dari 1 anak yang sudah mencapai tahapan skizofrenia atau dalam bahasa awamnya menderita kegilaan, hilang akal… Nah, si ibu itu, panggil saja Siti, mengalami waham siar pikir. Waham adalah simptom atau gejala khas yang harus muncul untuk menegakkan diagnosis skizofrenia (kode F20), disebut juga simptom positif. Waham siar pikir adalah suatu keyakinan yang amat kuat bahwa diri kita, apa yang kita perbuat, ucapkan, pikirkan dapat diketahui oleh orang lain bahkan disebarluaskan. Biasanya penderita waham jenis ini akan merasa dikuntit, rumahnya dipasangi kamera, diintai mata-mata atau paparazzi, dan hal lain semacam itu yang memungkinkan orang lain dapat mengetahui hal yang paling tersembunyi sekalipun dari dirinya.

Saya sih punya asumsi bahwa akar mula dari semua gejala yang menuju pada waham ini adalah kecemasan sosial…terutama adalah ketakutan menerima penilaian negatif dari orang lain. Dengan kombinasi ciri kepribadian tertutup dan tidak percaya diri tentunya ketakutan akan penilaian ini akan jauh lebih kuat daripada individu lain yang tidak memiliki kombinasi serupa.

Saya, kalau mau jujur, mengalami kecemasan sosial yang cukup parah. Saya sendiri baru menemukan benang merahnya pada saat mengerjakan tesis, yang mengharuskan saya untuk mengadakan suatu terapi pada klien yang sesuai dengan kasus.

Perlu waktu yang lama bagi saya untuk bisa memaafkan orang yang (menurut saya) telah mempermalukan saya, menyakiti saya, atau memusuhi saya. Yang ingin saya sampaikan disini adalah tentang Ny. X dan Ny. Y yang telah menyerang saya di FB, memfitnah saya, memutarbalikkan fakta di depan orang-orang yang tidak mengenal saya dengan baik sehingga mereka mengecap negatif saya, dan terutama dampaknya adalah membuat saya merasa enggan untuk berekspresi dengan bebas di situs jejaring sosial tersebut. Saya merasa khawatir mereka akan kembali melakukan pencemaran nama baik itu di belakang saya.

Saya tahu dan saya merasa bahwa semakin lama saya merasa terbatasi… seharusnya saya tidak perlu merasa sekhawatir itu. Biarlah saja mereka berbicara semau mereka, memfitnah pun silakan. Saya toh tidak pernah merugikan mereka, baik itu secara fisik, material/finansial, moral, atau psikis…

Selama ini yang saya lakukan adalah freeze, membeku… Ny. Y pernah beberapa kali berkomentar pada foto yang saya posting dan status saya, tapi tidak saya hiraukan. Pertama kali saya baca notifikasi bahwa dia berusaha bersinggungan lagi dengan saya dengan cara memberi komen, reaksi saya yang muncul adalah reaksi fisiologis… sungguh saya gemetar dan jantung saya berdetak sangat kencang. Saya marah. Seperti itulah reaksi fisiologis ketika saya marah. Ditambah dengan telapak tangan yang berkeringat dingin. Pada kesempatan berikutnya, saya sudah merasa lebih tenang meskipun saya tetap enggan bersinggungan dengan dia. Meskipun demikian, saya tidak menghapus kedua orang itu dari daftar teman saya. Saya biarkan saja begitu.

Nah, sekarang, saya ingin mengisi waktu luang saya dengan mulai berkarya lagi. Para sahabat saya mendukung saya, suami saya mendukung saya. Jadi tidak ada alasan untuk menjadi seperti Ny. X dan Ny. Y itu yang mengisi waktu luangnya dengan menggunjingkan orang lain. Saya ingin lebih produktif dan teraktualisasi.

Saya tidak ingin terhambat lagi oleh prasangka yang lahir akibat pengalaman negatif dari interaksi sosial yang tidak menyenangkan dengan mereka.

Saya dan mereka memiliki kehidupan yang terpisah.

Ya.

Saya ingin memaafkan mereka agar saya bisa melangkah ke depan dengan lebih ringan 🙂

Saya tidak mau ah memelihara kecemasan ini…takut kalau ia berkembang lebih jauh menjadi sebuah keyakinan yang menyimpang dan berakhir menjadi waham…

Pikiran adalah sesuatu yang bisa dikendalikan, bukan? 😀

Ayo, lebih percaya diri lagi!!!!

 

 

NB: Dan kalaupun blog ini begitu sederhana dan biasa saja (bila dibandingkan dengan blog tetangga), tak apalah…saya masih belajar…

Princess’ Bracelets

Hohohoo… kenapa saya namai artikel ini dengan judul tersebut? Karena bracelet-nya cantik-cantik bak puteri dari kayangan…wakakakkakakakk gedubraaakk!!!!

Tapi emang bener kok, manis-manis…feminin banget gituh, kalau dipake jatuhnya pas di pergelangan tangan & bisa ikut melambai-lambai…apalagi dengan warna-warni pearly yang terkesan sederhana namun glamor dan bercahaya 🙂

Ini beberapa contohnya…

Dua gelang diatas dirangkaikan sebagai bandul pada rantai, sehingga ketika dipakai posisi bandul gelang akan lebih “jatuh” di tangan…

Gelang yang berwarna merah ini merupakan pasangan dari kalung berwarna serupa… terkesan etnik dengan tambahan aksen bunga-bungaan dari bahan perak campuran. Cantik sekali bukan?

 

Kalau gelang berwarna ungu ini berbahan dasar batu pecah yang saya kombinasikan dengan mutiara imitasi ukuran 4mm. Sebagai media perangkainya saya menggunakan senar pancing…ada dijual juga di toko bahan baku 😛

 

Nah, kalau gelang berwarna biru ini bahan dasarnya kristal yang saya rangkaikan menggunakan ring kecil. Sebelum dirangkai, kristal tersebut terlebih dahulu dibentuk menjadi satu kesatuan dengan paku loop dengan menggunakan tang kepala bulat…setelah itu baru dirangkai satu persatu hingga mencukupi panjang gelang sesuai dengan ukuran lingkar tangan yang dikehendaki 🙂

 

Hmmmm….bagaimana? Kalau dipake buat kondangan pasti oke banget tuh… murah meriah namun tetap terkesan mewah. Kalau saya boleh kasih saran, jangan pake asesoris yang bahannya plastik ya..salah-salah ntar malah terlihat seperti pake mainan anak lagi…hihihihhi…

Di artikel selanjutnya saya akan menampilkan gelang-gelang yang lebih terkesan “putri”nya karena disainnya lebih rumit daripada yang saya tampilkan disini…

Tunggu yaaaaa 😀

Hello there… here the bangles :)

Yuuhuuuuu…

Kemarin kan udah ya, saya posting beberapa kalung dan bros… dan sekarang gantian, edisi bangles yaa…

Barangnya udah pada laku semua sih, soalnya by request gituh…jadi begitu jadi dibikin langsung diambil yang mesen. Untungnya saya masih sempet moto-moto gituh 🙂 Beberapa foto saya minta tolong Nay buat jadi model peraga, heeeeehehhehe biarpun cuman pergelangan tangannya doang 🙂 Soalnya kalo pakai tangan saya sendiri nggak enak ah! Bukannya kenapa-napa sih, pertama tangan saya kan bantet tuh..ntar di kamera malah keliatan lebih bantet lagi. Kedua, karena saya merangkap jadi juru poto, pastinya bakal syusyah kalo saya moto tangan saya sendiri, ndak bebas gituh… waktu itu sih si Nay semangat jadi model… (hmmm, kenangan indah di kos Klebengan).

So, here are some of the bangles… cekidot!

Untuk bangles dengan bahan dasar mutiara imitasi 8mm ini saya pakai pembatas dari bahan perak campuran (ga tau deh yang dipake buat nyampurin tuh apaan aja, hehehe), jadi cukup susun dua aja. Sementara untuk perangkainya saya pakai kawat kaku yang khusus buat gelang-gelang kaku macam ini…

 

Nah, kalau buat bangles bahan mutiara 6mm yang susun tiga ini saya pakai pembatas khusus yang berupa plat berlubang 3 sehingga emang pas banget buat bangles susun tiga begini.. Dua bangles warna ungu muda dan putih ini sebenarnya modelnya sama, hanya warna mutiaranya yang berbeda. Untuk aksen, diantara mutiara saya menyisipkan hiasan kecil (saya lupa namanya apa ya??hmm) yang ada “mata”nya… itu loh, yang bisa kelap-kelip yang permata beneran 😛 Dibikin selang-seling tapi berpola gitu deh… oiya, untuk pengait bangle-nya saya pakai pengait magnet.

 

Nah, kalau yang ini, untuk aksennya saya pake kristal pelangi…

Selain bangles susun, saya juga pernah bikin yang nggak bersusun alias cuma satu lingkaran ajah… bikinnya lebih gampang karena nggak perlu pake pemisah kan yaaa… hehehee…

Kalau model satuan gini (enggak susun) emang terlesan lebih ringan trus simpel, cocok buat yang punya tangan bantet kayak punya saya…hahahahaha 😀

Tapiiiiiii…kalau ada yang pengen make gelang satuan ini sekaligus 3 biji dalam satu kesempatan juga boleh-boleh aja lho… ntar kirain saya mau ngelarang. Apalagi dengan bahan mote-mote kecil pasti akan terkesan seru dan etnik. Wah! Ide(i) baru nih! hahahahahhahaaa… besok mungkin bisa diagendakan untuk dibikin yaaaa…

Sip!

Well, terimakasih lho buat yang udah mau mampir di laman saya ini… tinggalkan komentar ya biar daku tahu kalau dikau sempat berkunjung. Big hugs for all… cup muah 🙂

My cat’s family

Ini dia bintangnyaaaaaa…..

Kucing bulu oranye itu si Leon, trus yang bulunya putih dengan buntut item bergaris (jadi inget si ekor cincin, Jullien) itu namanya Nessie 😀

Sekilas mereka seperti tidak ada hubungan darah yaa…tapi coba kita lihat kalau begini…

Kucing belang tiga ini adalah induk mereka.. nanapuss namanya.. tampangnya buluk banget ya? maklum lah, udara disini dingin dan si nanapuss lebih senang tidur di dapur tetangga yang ada tungkunya (jawa: pawonan). Jadinya kena abu lah dia…Leon ama Nessie udah segede gitu masih aja minta netek sama emaknya…umur merek hampir 3 bulan sih, udah waktunya disapih belom ya? hahahahha..ga ngarti dah..

Trus, kucing garong yang ini nih bapaknya…

Wuuu…saya pernah nyoba nggendong dia yaa… beeeuuuhhh, berat banget..mungkin nyampe deh 5 kg atau malah lebih… gitu ya, sementara si nanapuss kayak ga bisa gendut dikit aja, si bapak kucing malah obesitas.. hahahahhahaha 😀 😀

Nah, kalau udah liat induk jantan dan induk betinanya, kita jadi paham kan kenapa Leon & Nessie bisa beda banget gituh?

Kalung-kalung panjang

Kalau yang ini beberapa kalung yang pernah saya bikin… saya ini ga terlalu rajin bikin dokumentasi jadi yang sempet kepoto cuman beberapa ajah.. (lagi-lagi, sifat buruk nih!!). Sekarang saya bertekad buat rajin-rajin bikin dokumentasi, walaupun cuman pake kamera saku biasa…

Kalung yang ini sebenarnya kalung permak-an…awalnya seorang teman datang dengan kalung miliknya, trus karena dia nggak suka modelnya (atau sudah bosan) dia minta saya ngutak-atik lagi dengan bahan yang sudah ada dari kalung lamanya plus beberapa bahan tambahan dari saya..boom, jadilah..

 

Kalung berwarna dominan hijau ini saya buat atas pesanan seorang teman saya di Fakultas Psikologi UGM, kalau tidak salah pertengahan tahun 2006… saya ingat karena transaksi pembayarannya terjadi di perpustakaan fakultas. Waktu itu kami kan sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi hehehehee…

 

Kalau kalung panjang warna krem/putih gading ini saya buat atas pesanan teman di oriflame… namanya siapa ya? oh iya, Melly (kalau ga salah). Doi waktu itu kuliah di UPN Veteran 🙂

 

Kalung cokelat ini… kayaknya dibeli sama temen oriflame juga, si kembar Dina-Dini dari Magelang.

 

Kalung merah ini dibeli oleh mamanya Ulir..waktu wisuda Ulir Mei 2006. Waktu itu, si Ulir sengaja minta saya datang ke penginapan membawa beberapa asesoris yang rencananya mau dijadiin oleh-oleh buat kerabatnya di Padang. Ulir juga pakai satu gelang kreasi saya di acara wisudanya..sayang ga ada fotonya 😦

 

Kalung berwarna oranye ini pesanan dari seorang temannya teman kos saya (waktu itu masih kos di Klebengan, Yogjakarta; sekitar tahun 2006). Kalung ini satu set dengan gelangnya.

 

Kalau kalung berwarna ungu amethyst ini dibeli oleh dosen saya.. waktu itu saya lagi nawarin kreasi saya ke temen-temen yang lagi piket jaga di UKP (Unit Konsultasi Psikologi)… hehehehe ada Ibu Im yang melirik dan naksir..dibeli dah! Beliau juga memesan beberapa kalung lagi…

Sekarang saya sudah jarang bikin kalung…

Tapi masih mau bikin juga kok kalau ada yang minta dibikinin..eehehhehe.. 😛

Debut

Kali ini, saya akan menceritakan awal mula saya mencoba membuat bros manik-manik. Waktu itu, akhir tahun 2008…Desember 2008 🙂

Berhubung ini adalah debut pertama saya membuat bros manik-manik, tentu lah hasilnya belum serapi hasil karya  saya sekarang… uhmm, sekarang juga belum rapi buuuaanget sih, tapi peningkatannya sudah jauh lebih baik dari pada awal mula membuatnya… saya iseng ngubet-ngubetin manik-manik dengan kawat lentur yang saya punya, waktu itu yang ada adalah kawat dg ukuran diameter 0,5mm (agak tebelan dari yang sering saya pake sekarang; 0,4mm)…

Ini dia… Yang pertama adalah si biru ini…

Keliatan banget ya, kawatnya ga rapih? Tapi saya suka banget kombinasi bahan dan gradasi warna biru yang saya pakai disini 🙂 Cerah sekali! Padahal saya ndak punya baju warna biru hehehhee…ntah kenapa saya merasa kulit saya terlihat lebih gelap kalo pake baju atau jilbab warna biru… Bros ini saya pakai pertama kali sewaktu acara nikahan salah satu sahabat saya Dona Mestikasari pada tgl 28 Desember 2008 🙂 Saya menghadiri acara besarnya di Solo. Saya gunakan bros ini diatas jilbab berwarna kuning pastel dg baju biru toska dg kombinasi garis-garis berwana kuning…

Bersamaan dengan si biru, saya membuat bros berbentuk kupu-kupu ini… pertama kali saya pakai sewaktu acara ngunduh mantu sahabat saya juga Ulir dan Mas Dhenny pas tanggal 17 Januari 2009…heee…kok semua dipake pas nikahan ya? Bros kupu-kupu ini, saya pakai lagi sewaktu sidang proposal tesis saya 12 Mei 2009…wah banyak menandai peristiwa bersejarah nih 🙂

Pas menjelang pergantian tahun, pas semua orang lagi seneng-senengnya ngerancang liburan ntah itu bareng keluarga, pacar, or temen-temen masing-masing, pas harusnya semua orang lagi hepi-hepinya. Eh ternyata saya ndilalah pas lagi melas-melasnya 😦

Akhir tahun 2008 yang saya ingat adalah saya masih tinggal di kos Soropadan, Gejayan, Yogyakarta. Kamar kos saya terletak di posisi paling ujung mentok, jauh dari tangga, di lantai 2. Ukuran kamar sangat mini, mungkin 2,5x3m aja. Berbeda dengan kamar kos saya sebelumnya yang lebih lega.. yah disitulah saya semakin percaya “ana rega, ana rupa” yang artinya apa yang kita dapatkan sesuai dengan uang/biaya yang kita keluarkan.

Kembali ke kisah tahun baru kelabu… Saya ndak bisa pulang kampung karena masih punya tanggungan laporan PKP (Praktek Kerja Profesi) di Puskesmas Tempel 1, Sleman, Yogyakarta. Di awal tahun 2009, kami sudah harus mempersiapkan diri untuk mengerjakan tesis, jadi segala sesuatu yang berkaitan dengan praktek kerja harusnya sudah kelar tak bersisa. Kebetulan mantan pacar saya (sekarang sudah jadi suami 😛 ) pulang ketemu keluarganya… beberapa teman kos juga pulang liburan, beberapa yang lain hangout dengan teman masing-masing. Ah, saya malas sekali ikutan. Bukannya kenapa-napa, kalau ada pacar saya ndak perlu repot-repot nyetir motor sendiri kan ya? Cukup nangkring di jok belakang dan langsung kita kemon…tau sendiri lah, gimana jalanan pas malam tahun baru…juga semua warung, kafe, mall pasti penuh sesak. Saya nggak suka keramaian 😦

Saya memutuskan tinggal di kos dan menonton semua keriuhan pergantian tahun dari layar kaca saja. agak spooky juga karena ternyata malam itu cuma saya seorang diri di rumah kos tsb. Indung semang dan keluarga ternyata pergi juga…creepy…

Lalu…saya, entah mengapa, pengen aja gituh ngutak-atik perkakas…beberes kamar…hahahaha, sebenarnya pengalihan diri dari tugas yang seharusnya diselesaikan yaitu ngerjain laporan Puskesmas 😛 Akhirnya ketemu dengan box manik-manik tercinta…

Jadi deh… 😀

 

Sebenarnya masih ada beberapa bros lagi yaang saya buat pas malam tahun baru dan juga pada hari H tahun baru… kalau tidak salah ada 5 buah… 2 diantaranya dibeli oleh sahabat saya, Nawri.. untuk ia berikan pada mantan calon mertua (pada waktu itu belum putus) dan 3 buah lagi saya berikan pada teman saya, petugas kesehatan di Puskesmas Tempel 1 sebagai kenang-kenangan… Sengaja ga dibikinin bros semua, hahahhahaa…bisa pegel tangan saya nanti…yang lain dapet kueh aja 😛

Begitulah saya… suka moody kalau bikin sesuatu…pas moodnya hepi bisa bikiiiiiiiiiin aja yang banyak..kalau lagi eneg liat manik-manik ya ga keluar idenya mau bikin apa…

Moody-nya harus diilangin ya temen-temen? Gimana mau bikin usaha go-public kalau kerjanya angot-angotan ya? Tapi biasanya sih kalau ada pesanan saya selalu semangat, kan nanti dapat reward hehehehhehe 😛

Bros Beraksen Pita

Hhmm yaa… waktu saya membuat bros-bros ini, beberapa bulan yang lalu sebelum lebaran tepatnya, saya penasaran pingin menambahkan aksen tertentu pada bros selain manik-manik yang memang sudah menjadi bahan pokok pembuatan bros 🙂

Nah, kemudian saya terpikir untuk mengawinkan manik dengan pita organdi 🙂 Kira-kira ada jodoh nggak ya mereka ini? hihihihihihi… yah namanya coba-coba, nothing to lose aja lah, yang penting niat berkreasi. Saya sih selalu percaya pada keberuntungan pemula, kalau mau mencoba, di percobaan pertama pasti ada jalan untuk berhasil. Optimis gituh!

Dalam seharian itu saya buat 4 bros beraksen pita.. ini dia hasilnya:

Warna dominan merah, dengan beberapa nuansa pink dan putih. Ada fokus hiasan bunga dari bahan clay di tengah bros. Bahan lain: mutiara corak, mutiara polos imitasi, batu pecah, dan tentu saja pita organdi merah 🙂 Ukuran: 8x10cm

 

Aduuhh, ini agak nggak pas ya motonya… yang ini ukuran 6,5x9cm. Aksen pita organdi warna biru muda dengan bahan dasar mutiara imitasi, batu pecah dove, batu pecah kristal, mutiara lonjong.

 

Bros yang satu ini bernuansa ungu, dengan pinggiran pita organdi dan satu bandul spesial dari kristal tetes berwarna senada. Saya mengkombinasikan warna ungu dengan kuning cerah agar terlihat kontras dan segar (biar ga terkesan ungu janda gituh hehehe). Ada tambahan ornamen perak berbentuk bunga-bunga kecil yang dipasang secara acak. Bahan dasar tetap batu pecah, kristal, dan mutiara imitasi. Ukuran: 5,5x8cm.

 

Yang ini ukurannya 5x5cm, ada kombinasi dengan mutiara warna pink. Di bros ini saya sisipkan mutiara lonjong juga 🙂

Nah, itu tadi beberapa bros yang saya kombinasikan dengan pita organdi. A little bit sophisticated dan terkesan ringan, bukan? Jadi, oke juga dipakai oleh anak-anak atau pun remaja abege…

How’s that? 😀

Malam Midodareni

Yup! Seperti judul artikel ini… bros ini adalah pasangan dari satu bros dengan warna senada dengan ukuran yang lebih besar, yang rencananya mau saya pakai pas acara midodareni mantenan saya…yaitu malam sebelum acara akad nikah digelar 😀

Kabarnya sih, si bros gede sekarang sering dipake sama ibu saya. Tak lain dan tak bukan, karena warnanya memang senada dengan warna kebaya ibu saya juga.

Ini dia si bros besar…

Sejarahnya, bros-bros ini saya buat dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, di kamar kos saya di Jogjakarta…berhubung agendanya memang cukup padat, yaitu persiapan wisuda S2 dan acara pernikahan yang jarak waktunya cuma 2 minggu saja. Alhasil saya sibuk di kamar ngutak-atik segala pernak-pernik buat persiapan 2 acara heboh tersebut.

Bros "Midodareni"

Bros yang ini berukuran 5×7,5 cm, sebenarnya batal saya pakai pada acara tersebut karena lupa. Haahaaahahaha…buat apa coba dibikin, trus lupa dipake!! *gubrak!*

Maklum lah, waktu itu kan pengalaman pertama saya di malam midodareni (amit-amit dah, jangan ada pengalaman kedua ya jeung!). Apalagi keluarga saya yang njawani banget itu udah siap dengan serangkaian kegiatan mulai dari pengajian, selamatan, bikin kembar mayang (itu lho hiasan cantik yang terbuat dari janur/ daun kelapa muda), dan lain-lain yang melibatkan buanyak orang dan dalam waktu semalam suntuk… Jadi, wajar dong kalo saya sempet hang juga… 😦

Tapi brosnya cantik yaa…warnanya soft gituh 🙂

Ada yang berminat? 😀

My collections

Bros Cantik

Ini dia… hasil kerajinan tangan…

buatan tanganku loh...

Huft… sejak meninggalkan kampus dan menjadi 100% house wife, saya punya banyak sekali waktu luang, ya gini deh, akhirnya buka-buka kotak perkakas, liat ada bahan-bahan yang masih bagus dan dirangkaikan jadi bros-bos cantik ini…sebenarnya bisa dibikin kalung atau gelang, tapi saya sendiri males make, jadi lebih amannya bikin bros ajah.. kalau ga ada yang mau beli ya dipake sendiri or dikasihin ke temen-temen yang mostly adalah jilbabers 🙂

Ada satu hal penting yang menurut saya harus dihilangkan dari kepala saya inih, yaitu: RASA TIDAK PERCAYA DIRI.

Masak iya mau posting foto di blog sendiri aja nunggu berabad-abad lamanya baru terrealisasi??? hahahahahhaaaa… padahal kalau boleh objektif (emang siapa yang ngga ngebolehin ya?!), hasil karya saya lumayan okeh juga loh… beberapa orang yang saya hadiahi bros tampaknya seneng-seneng aja tuh…(kikikikikik, mana ada orang yang komplen kalo dapet hadiah sih? kalo ada, tu orang pasti superrese!)

Akhirnya, saya mulai mencoba untuk berkomitmen pada diri saya.. setiap orang bebas berkreasi selama tidak merugikan hajat hidup orang banyak. Toh saya ndak pake acara korupsi atau “jalan-jalan” ke luar negeri ala penggede bangsa ini, ya toh?

Jadi, dalam kategori Beading Project, saya akan berusaha untuk serajin mungkin memposting hasil karya saya…for my good sake, actually… kata orang ada banyak cara untuk mengaktualisasikan diri 🙂

JAdi, temen-temen yang mampir, jangan ragu-ragu atau sungkan untuk memberikan masukan yaaaaa… Daku pasti akan dengan senang hati membaca komentar kalian, okeh beibeh? 😀